Mohon tunggu...
Zulfan Elba
Zulfan Elba Mohon Tunggu... Buruh - Last Hope for Last Love

Penulis amatir yang masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Last Hope for Last Love Jilid 2: Analis BenCi

30 Juni 2022   08:02 Diperbarui: 30 Juni 2022   08:19 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segala puji penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya lah saya sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunan cerpen “ Last Hope for Last Love Jilid 2 : Analis BenCi “. Namun sebagai manusia biasa, saya tak luput dari kesalahan ataupun kekhilafan baik pada teknik penulisan maupun pemilihan kata. 

Saya menyadari bahwa tanpa arahan dan masukan-masukan dari berbagai pihak yang telah membantu, mungkin saya tidak bisa menyelesaikan cerpen ini tepat waktu. Cerpen ini dibuat sedemikian rupa hanya sebagai inspirasi kepada anak muda Indonesia untuk selalu memanfaatkan kesempatan berkarya dan berinovasi selagi muda, terlebih khusus karya tulis.

Maka dengan kerendahan hati, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian cerpen, termasuk sosok dibalik cerpen ini. Terimakasih untukmu Kakak...

Semoga karya tulis ini dapat menghibur dan mudah dipahami bagi para pembaca, terlebih khusus untuk dirinya.

Pontianak, 26 Juli 2020

Penulis

Dibalik sebuah perjuangan, tidak ada perkataan lagi yang telah diberikan. Meskipun hanya sebatas senyuman yang perlahan hilang, itu hanyalah sebuah langkah menuju terciptanya kenangan entah itu manis atau pahit. 

Bagaikan senyawa garam yang terbentuk dari reaksi antara asam dan basa, harapan yang berujung BenCi seakan penuh dengan tanda tanya dan kebimbangan. Apakah benar-benar penuh kebencian bagaikan asam atau benar-benar cinta seperti basa ? Tanda tanya yang sangat mengusik jiwa dan raga ini. 

Hamparan sajadah masih menjadi pilihan untuk tempatku mengadu dan tadahan tangan masih menjadi sarana untuk tempatku berharap. Semoga dilema ini berujung pada kebahagiaan yang tak tertakar.

Gagal jadi Analis, Semoga Sukses Jadi Penulis

Dahulu diriku pernah bermimpi untuk menjadi seorang analis kimia pada masa SMK. Karena memang pada saat bangku SMK, aku memilih jurusan yang berkaitan dengan kimia. Betapa kagumnya ketika aku melihat seseorang mencampur dua bahan yang berbeda menghasilkan warna, endapan dan gas yang beraroma setelahnya.

Aku pun bersungguh-sungguh mempelajari semuanya tentang kimia. Berbagai kesempatan untuk meraih sertifikasi pun aku lakukan demi bisa mewujudkan mimpiku itu, termasuk bahasa Inggris. Ya walaupun masih setengah-setengah, tapi setidaknya itu bisa menjadi modal untuk menjadi seorang analis terkenal. 

Namun perlahan dunia mengajarkanku bahwa tidak semua yang diimpikan itu dapat diwujudkan. Reaktivitas kimia antara impianku dengan situasi dan kondisi yang tidak mendukung membuatku berhenti melangkah. Semuanya telah terangkum dan telah dibukukan dalam karya pertamaku sebelumnya.

Sampai akhirnya muncul sebuah ide yang tidak terduga untuk diriku menjadi seorang analis tentang kehidupan, termasuk percintaan. Meskipun diriku sering gagal dalam hal ini, namun aku tertarik untuk mencobanya perlahan. Ide ini pula menyadarkan diriku bahwa untuk menjadi seorang analis tidak harus memakai APD ( Alat Pelindung Diri ), bercengkrama dengan bahan kimia ataupun bekerja di laboratorium khususnya. Namun seorang analis juga punya cara sendiri untuk menjadikan dunia sebagai bahan analisisnya.

Analis BenCi

Momen Hari Raya, Awal Tanda Tanya

Sebuah malam yang masih membekas di benak diriku, saat aku mulai jujur tentang semuanya. Malam yang penuh dengan suka cita menyambut hari kemenangan besok. Seperti reaksi pembakaran sempurna antara bahan bakar dengan oksigen, malam itu ku lewati dengan baik dan sempurna penuh ketenangan. Aku berhasil membuatnya penasaran tentang karya tulis pertama yang khusus ku persembahkan untuknya. Malam itu pun aku berjanji untuk menjadikan replika karya tulis ku sebagai hadiah ulang tahun untuknya.

Jarak antar partikel pada zat gas sangat berjauhan, sehingga gaya tarik menarik antar partikelnya sangat lemah. Seperti itu juga, meskipun jarak antara kami sangat berjauhan, diriku pun meminta alamatnya sebagai tanda keseriusan bahwa aku benar-benar ingin mengirim hadiah itu. Aku lakukan hal itu agar gaya tarik menarik antara kami tetap kuat. 

Lebaran tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak orang yang menyediakan tempat cuci tangan dan sabun didepan rumahnya. Diriku tinggal dirumah keluarga yang tertua, jadi wajar jika hari pertama lebaran biasanya ramai tamu berdatangan.

Bagaikan ikatan kovalen pada ikatan kimia antar atom, ternyata dalam keadaan bersahabat dengan pandemi sekalipun tidak menyurutkan antusias suasana berlebaran bersama keluarga, meskipun ada yang tidak dapat hadir karena berbeda pulau. Lewat komunikasi virtual lah kami kembali menyambung silaturahmi dengan mereka yang jauh disana. Melepas kerinduan sanak saudara yang biasanya terhalang oleh pekerjaan dan kesibukan masing-masing, kini terhalang juga oleh pandemi global ini.

Begitu juga diriku yang menanyakan tentang suasana lebaran pada dirinya. Tak ragu berbagi cerita denganku, membuatku senang bisa melihat foto dirinya bersama keluarga kecilnya. Andaikan diriku bisa menjadi orang kelima dalam keluarga kecil itu mungkin sudah seperti ion negatif yang selalu mencari ion positif dalam ikatan ionik. 

Penampilan nya kala itu membuatku lama untuk berhenti menatapnya. Berbalut hijab hijau tua dan baju gamis putih, membuat aku pangling dari yang lain. Meskipun kelihatan lebih gemuk dari sebelumnya, tapi itu tidak membuatku berpaling dari dirinya. Yang terpenting adalah senyuman manisnya, membuat aku teroksidasi hingga ingin segera melepas elektron - elektron kerinduan padanya.  

Namun dibalik itu semua muncul tanda tanya besar pada diriku. Apakah dia benar-benar menerima elektron - elektron kerinduanku yang dapat membuatnya tereduksi ? 

Tatanan Kehidupan Baru, Buat Aku Merindu dan Membiru

Setelah 3 bulan berlalu, awal Juni kemarin wacana tatanan kehidupan baru pun tersiar dimana - mana. Tidak salahnya diriku menjalin kembali hubungan yang telah lama tidak terhubung, berharap juga bisa menyambung jalan rezeki. Satu persatu teman sebaya aku datangi. Satu persatu juga aku tanya tentang status karir maupun status hubungan mereka. Namun hanya mereka yang berstatus teman dekat dan sahabat lah perlu tahu tentang dirimu Kakak.

Tatanan kehidupan baru yang seakan penuh dengan tata tertib, namun ku tahu ini dibentuk demi kebaikan bersama. Mereka menginginkan ekonomi kembali stabil sembari tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah dirilis badan kesehatan dunia ( WHO ). Selalu mencuci tangan menggunakan sabun, memakai masker dan jaga jarak atau social distancing jadi kunci untuk menekan penyebaran pandemi virus ini. 

Kulihat pusat - pusat perbelanjaan di kota kembali berjalan normal, warung kopi perlahan mulai membuka lapaknya, taman - taman kota kembali dibuka untuk umum. Keramaian kota terasa pulih kembali, melihat jalan raya dipenuhi dengan kalangan masyarakat yang mengendarai sepedanya. 

Sampai terbayang di benakku andaikan dia disini, pasti dia akan ku ajak untuk ngopi bareng, membahas hal yang selama ini tertunda di lisan ku dan niat baik yang belum terlontar. Salah satunya diriku ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersamanya sebelum dia wisuda. Menciptakan momen - momen terbaik dan akan dikenang layaknya zat formalin yang mampu mengawetkan dan menjaga kenangan agar tetap utuh.

Tanggapan Mereka yang Peduli Saat Suka dan Duka

Sebelum karya tulis pertamaku rilis online, aku menyempatkan diri untuk menunjukkannya kepada para sahabatku. Sahabat terbaik, menjadi saksi pertama karya tulis yang telah ku buat. Berbagai saran ia berikan untukku. Salah satu yang paling ku ingat adalah ketika dia bertanya " elu yakin, meskipun nanti tidak bersama wanita impian mu kau akan terus berkarya ? " Lalu aku pun menjawab, " iya Bro, gua melakukan ini semua karena masa lalu, masa kini dan masa depanku. Siapa tahu jalan rezeki gua ada disini ". Dia pun memberiku saran untuk menghilangkan bagian cerita yang menurut nya sangat krusial dengan maksud dan tujuan kepada si Kakak. Maka dari itu, diriku mengganti bagian krusial menjadi bagian perjalanan hidup dan perjalanan asmara.

Melihat kesungguhan diriku untuk mengejar cinta sejati, buat dia pun bersungguh-sungguh dalam membantuku. Aku pun meminta saran juga hadiah selain cerpen yang dapat aku berikan untuknya. Dan dia punya jawaban fantastis, yaitu special gift yang kini hanya teman dekat dan sahabatku mengetahuinya. Aku pun membuat dan mengirim desain untuk special gift tersebut sehari setelah pembicaraan ringan itu. Paket pun dipesan memakai alamat sahabatku. Penuh doa dan harapan semoga dia mengerti maksudku.

Begitupun sahabat pertamaku, dia begitu kagum dan tidak menyangka bahwa tekadku sebulat ini. Selama 13 tahun menjalin persahabatan, dia tidak pernah melihatku seserius ini berusaha meyakinkan seorang wanita. Bahkan dia pun tidak menyangka bahwa aku pernah mencintai seorang wanita yang sekarang telah menjadi artis terkenal. Ya, masa lalu yang sebenarnya tidak perlu diungkit lagi. Bagaikan nasi yang telah menjadi bubur, kertas yang telah menjadi abu atau buah yang telah membusuk semuanya tidak dapat diurai kembali.

Ku perlihatkan foto-foto nya dan dia sangat tidak menyangka bahwa usianya lebih tua dari kami berdua. Ia pun membaca karya tulis ku dan sempat mengkritik diriku karena memasukkan perjalanan asmara masa lalu kedalamnya. Aku pun menjelaskannya dan dia pun paham. Reaksi substitusi tidak hanya terjadi pada kimia saja, namun juga terjadi pada karya tulis yaitu mengganti suatu senyawa cerita dengan senyawa cerita lainnya tanpa mengubah makna cerita.

Proyek Berjalan, Keyakinan Juga Ikut Berjalan

Suatu sore, setelah mendapatkan saran dari orang - orang terdekat aku pun mulai melakukan revisi terhadap karya pertamaku. Namun sore itu terasa spesial karena diriku bisa saling berbalas pesan dengan dirinya. Meskipun demikian, ada satu pertanyaan yang mungkin sangat buat dia terkejut kala itu. Aku pun bertanya, " Kak, siapa cowok yang waktu itu memainkan lagu Awas Jatuh Cinta pakai gitar di snap whatsapp ? " . Dirinya langsung membaca namun belum dibalas. Namun setelah hampir 1 jam dia pun membalas bahwa itu adalah keluarganya. Diriku sempat curiga, namun aku lebih berfikir positif. Sebab special gift yang akan ku berikan sudah siap untuk dikirim.

Tak ada kecurigaan dalam diriku. Aku pun terus memberikan pembaruan berita terkait paket yang akan dikirim dari Surabaya itu. Sampai pada akhirnya kecurigaan timbul, ketika dirinya membagikan sebuah kenangan di media sosial. Ya, itu adalah kenangan masa SMA bersama pacarnya. Seketika kadar kepekatan amarah ku meningkat hingga konsentrasi larutan kepercayaan ku rendah. 

Meskipun diriku sempat mengalami reaksi ketidakstabilan dalam jiwa, tetapi aku berhasil menstabilkannya lewat tidur dan bangun di waktu sepertiga malam terakhir. Dalam doa aku berharap, semoga special gift yang aku berikan di hari ulang tahunnya nanti bisa meluluhkan hatinya. Tak pernah bosan aku selalu berdoa untuk kebaikan diriku dan dirinya. 

Semua itu aku lakukan dengan dasar keyakinan. Percaya, adalah sebuah garansi yang aku berikan kepadanya walaupun punya jurang antara dua yaitu jujur atau bohong. Diriku sadar bahwa aku belum menjadi siapapun dalam hidupnya. Namun aku yakin bisa membuatnya jatuh cinta, meskipun dia belum bisa mencintaiku. Karena tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini, apapun bisa terjadi. Asalkan terus berusaha dan berdoa sebagai pemicu menuju kesuksesan.

Sahabat, adalah Katalis Terhebat

Setelah seminggu menunggu, akhirnya aku mendapat kabar dari sahabat terbaik bahwa special gift telah sampai. Aku pun segera mencetak replika karya tulis yang telah kujanjikan padanya. Setelah sampai dirumah sahabat, diriku pun memeriksa kondisi pesananku itu. Memastikan bahwa benda tersebut tidak dalam kondisi cacat setelah pengiriman. Sama halnya dengan paket tersebut, bahan kimia juga perlu diketahui karakteristiknya dengan teliti. Mulai dari ciri fisik, ciri kimiawi, bahaya dan cara penanganannya agar mendukung kesehatan dan keselamatan kerja.

Aku masukkan dengan perlahan kedalam ransel, lalu sahabat mengajak diriku berkunjung terlebih dahulu kerumah teman lama sebelum mengirim benda itu. Menjalin hubungan pertemanan kembali bukanlah masalah bagiku, apalagi kami telah terpisah selama 2 tahun. Ya, namanya Putra. Seorang perantau dari tanah Minang yang mencoba peruntungannya di tanah Khatulistiwa ini. Betapa terkejutnya diriku melihat perkembangan fisik yang dialaminya. Dulu punya postur badan yang cenderung gemuk dan sekarang terlihat lebih baik.

Banyak hal kami ceritakan, termasuk tentang asmara. Putra dan sahabatku sudah mempunyai pasangan, sedangkan diriku masih dalam angan. Awalnya aku tidak ingin menceritakanmu Kakak. Namun setelah Putra melihat isi ranselku dan melihat semua yang ada didalam nya, aku pun tak bisa menghindar. Aku ceritakan sebagian tentangmu dan dia berkomentar, " cewek elu seperti anak baru masuk kuliah Zul ". Seketika aku tersipu malu dan dia juga memberi dukungan kepadaku. Putra tahu bahwa diriku sedang memperjuangkannya. Setidaknya dia sudah tahu ini adalah awal pembuktian diriku bahwa janji harus ditepati.

Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi kimia, namun tidak ikut bereaksi dan bukan sebagai produk. Sama halnya dengan sahabatku, dia adalah katalis hubunganku dengan Kakak. Karena dia telah mempermudah reaksi hubungan kami terjalin, tanpa pamrih. 

Kejadian hari itu masih teringat dalam memoriku. Setelah pamit dari rumahnya Putra, kami pun melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba turun hujan deras dan kami pun harus berteduh di sebuah masjid. Bajuku kala itu basah kuyup dan beruntung hadiahnya masih aman. Begitu ketat aku menjaganya seperti aku menjaga kepercayaanku padamu Kakak. Bak proses titrasi untuk mengetahui kadar asam maupun basa, aku pun juga ingin mengetahui kadar perasaan Kakak kepadaku. Tak terasa adzan pun berkumandang, diriku segera mengambil wudhu untuk beribadah bersama sahabatku. 

Setelah hujan reda malam itu, kami pun pergi menuju tempat jasa ekspedisi pengiriman barang. Sampai disana, ternyata mereka tidak menyediakan packaging barang. Suka tidak suka kami pun kembali ke rumah sahabatku yang beruntung lokasinya cukup dekat. Kami cari sebuah kardus bekas dan sebuah map coklat, lalu dibungkus dengan rapi menggunakan isolasi. Sambil mengerjakan, aku bertanya pada sahabatku, " Bro, kenapa elu rela banget bantu gue buat beginian ? Gue jadi nggak enak nih, makasih loh sebelumnya ". Lalu dia pun menjawab, " Gue pernah ada di posisi elu Bro. Elu selama ini rela juga mau dengerin kisah asmara gue. Makanya Bro, jangan mudah menyerah. Gue berharap dia bisa mengerti perjuangan elu ". Mendengar perkataannya, membuat semangatku seperti air yang melewati proses water treatment, jernih tanpa kandungan kimia berbahaya.

Lalu kami pun kembali ke tempat pengiriman tadi. Aku berikan alamat pada costumer service atas nama dirinya dan bukti transaksi pun diproses. Dalam hati aku berharap, semoga suatu saat bukan hanya namaku saja yang sampai kesana, namun jiwa dan ragaku juga. Semoga salam dariku terdengar sampai kesana untuk dirinya, kota Seburing. Bukti transaksi telah ku pegang, sahabatku pun merekam video kebersamaan malam itu sebagai dokumentasi perjuangan ku pada dirinya. Bagaikan sebuah percobaan di laboratorium, setiap kegiatan harus dilakukan dengan dokumentasi dan analisis yang benar guna mempermudah evaluasi hasilnya. 

Akhirnya aku bisa bernafas dengan lega malam itu, berbagai suntikan vaksin motivasi terus sahabat berikan untukku. Doa dan harapan terus ia berikan kepadaku agar dapat menyusul dirinya yang telah mempunyai calon istri. Tak lupa aku pun berterima kasih kepadanya telah menemaniku sampai malam itu. Sesampainya dirumah, aku pun menyampaikan kepadanya bahwa hadiah telah dikirim. Reaksinya pada percakapan itu cukup singkat dan lagi - lagi aku harus bersabar. Tiga hari berselang, hadiah pun sampai ke tangannya. Sepertinya dia cukup senang dan segera ingin mencobanya, ucapan terimakasih pun ia lontarkan. 

Momen Ulang Tahun, Perlahan Menuntun

Tepat pukul 12 malam, aku mengucapkan selamat untuknya lewat pesan singkat. Berharap di usia yang ke 22 tahun, diriku bisa bertemu kembali dengannya dan berharap bisa menginjakkan kaki di kampung halamannya. Aku pun juga berjanji bahwa semua postinganku hari itu di medsos untuk dirinya. Termasuk pada hari itu juga diriku merilis karya tulis pertamaku, yaitu " Asmara Di Tengah Pandemi " secara online.

Sebelum netizen membaca karya ku, aku pun menambahkan katalis berupa sebuah lagu dengan judul " Suatu Saat Nanti " yang diciptakan oleh Hanin Dhiya. Diriku memilih katalis itu karena ingin pembaca lebih cepat memahami isi karya tulis ku. Alhamdulillah, hari itu selain banyak yang mendukung, aku pun juga mendapat kritik dari seseorang yang tak terduga. Tio namanya, temanku sewaktu SMK. Meskipun berbeda jurusan, namun aku tak menyangka dia peduli dengan karya kecilku ini. Banyak hal yang harus diperbaiki, mulai dari kalimat yang tidak efektif, kata yang berbelit dan banyak lagi. Aku pun mengucapkan banyak terimakasih atas kepeduliannya.

Sore harinya, tak kusangka dia benar-benar menghargai hadiah pemberianku. Benda yang menjadi special gift itu menghiasi postingan hariannya di berandaku. Aku pun memberi komentar atas postingannya itu dan dia sangat menyukai pemberianku. Hari itu kebahagiaanku sangatlah lengkap, ditambah sahabat - sahabatku yang mengomentari postingan tentang promosi karyaku. Semua kesulitanku kala mengerjakan karya pertama itu mengalami proses ekstraksi dan filtrasi menjadi kebahagiaan yang sempurna.

Sang mentari pun terbenam, ku persembahkan untuknya sebuah postingan dari hati yang terdalam. Untuk mu harapanku, menjadi kata - kata yang sangat dalam bahwa aku benar-benar menginginkan hatimu Kakak. Tidak ada reaksi darinya, entah itu emoticon atau komentar. Lagi dan lagi, prasangka baik aku tanam dalam jiwa ini. Mungkin dia sedang sibuk kala itu.

Punya Kemampuan, Tidak Salah Menjadi Wanita Idaman

Sejak diriku menjalani masa istirahat dalam pekerjaan, aku pun berniat untuk memulai bisnis kembali. Namun aku sadar, dalam kondisi yang belum kondusif dan masih bersahabat dengan virus ini aku harus menekan angka pengeluaran. Namun hal berbeda justru dilakukannya. Dia tetap menjalankan bisnis donatnya yang justru semakin hari semakin banyak peminatnya. Hal itu yang membuatku semakin kagum denganmu Kakak. 

Niat baik untukmu telah aku persiapkan sebagai reaktor perasaan diantara kita. Memang bukan hal yang mudah untuk menyusul dia yang jauh disana, namun dengan keyakinan dan tekad yang bulat membuat diriku penuh semangat. Kerinduanku padamu telah terfermentasi berbulan-bulan lamanya, hingga diri ini terus meronta untuk segera bertemu denganmu. Berkawan dengan kerinduan dan berteman dengan kesunyian, itulah yang kurasakan selama ini.   

Namun dibalik itu semua ada senyawa bernama perasaan yang harus diriku tanyakan padanya. Apa sebenarnya perasaan dia terhadap diriku selama ini ? Apakah dia juga merindukanku ? Ya, pertanyaan yang masih menjadi misteri saat itu. Diriku hanya bisa selalu berdoa untuk kebaikan dirinya. Semoga suatu saat, aku bisa melepaskan ikatan-ikatan elektron kerinduan yang membelenggu diriku selama ini.

Seminggu setelah ulang tahunnya, dia memberitahuku bahwa dirinya akan kembali ke kota. Aku pun menyambut baik kabar itu. Endapan molekul kerinduanku pun mulai mengapung setelah melalui gaya sentrifugal dari dirinya. Aku pun terus menanyakan waktu untuk bertemu dengannya. Sudah tiga kali aku bertanya, namun sepertinya dia belum ingin bertemu denganku. Aku harus mengerti bahwa prioritas utamanya kembali ke kota adalah untuk menyelesaikan pendidikannya.

Kekaguman ku semakin bertambah ketika diriku tahu bahwa dia menggunakan sepeda motor untuk kembali ke kota bersama teman-temannya. Jarak yang cukup jauh dari tempat tinggalnya di Desa Seburing menuju kota Pontianak ditempuh paling cepat 3 - 4 jam. Hal itu sangat relevan dengan impianku, yaitu travelling. Meskipun sudah dianggap biasa oleh dirinya, namun untuk seorang wanita itu bukanlah hal yang biasa bagi diriku. Rela bersahabat dengan cuaca panas maupun hujan untuk seorang wanita di zaman seperti ini sangatlah langka. Bagaikan sebuah berlian, tentunya dirimu akan jadi bahan rebutan para pria. Apalah daya diriku ini yang hanya mampu merebut hatimu lewat doa, bukan lewat banyaknya harta.

Dirinya Berkata Jujur, Membuatku Harus Mundur

Disuatu pagi menjelang siang, aku bersama adik-adikku pergi ke Masjid Raya Mujahidin. Sambil menunggu waktu shalat, kami pun mengambil gambar disekitaran masjid. Waktu shalat semakin dekat, kami pun mulai memasuki area ibadah. Awalnya kami berniat untuk melanjutkan pengambilan gambar, namun ada hal yang tiba-tiba mengganjal di benakku. Diawali dengan rasa penasaran, diriku pun membuka aplikasi komunikasi dan semuanya pun terjawab. 

Sebuah gambar berhasil membuat mataku pedih, uap - uap emosiku mengalami evaporasi dan dadaku merasakan sesak yang cukup dalam. Hal itu terpampang jelas di postingan hariannya, bersama seorang pria yang menurutku sangat mirip dengan pacarnya sewaktu SMA. 

Aku tahu hal itu meskipun dirinya berusaha menutupi identitas pria itu dengan emoticon. Aku pun berusaha untuk menurunkan temperatur emosiku. Lantunan maaf pun diriku hadirkan untuk Tuhan. Diriku merasa bahwa ini adalah petunjuk dari Tuhan untuk diriku menjauhinya sementara waktu. Untuk kesekian kalinya, Masjid Raya Mujahidin menjadi saksi pilihan terbaik buat perjalanan hidupku.

Jujur, aku masih belum bisa menerima kenyataan yang pahit saat itu. Perubahan kimiawi pada diriku kembali kambuh, hingga membuatku kembali jenuh menjatuhkan perasaan kepada wanita. Mengalami adisi pada kejenuhan, membuatku harus melakukan eliminasi habis-habisan lebih dulu untuk menerima seseorang masuk kedalam hati. Sintesis pengorbanan yang kuberikan padanya tidak sesuai dengan hasil yang ku inginkan. Beruntung, diriku tak sepenuhnya memberikan perasaan padanya.

Metabolisme kisah asmara yang sangat tidak seimbang dengan kenyataan, membuatku mengalami dekomposisi. Aku pun langsung mengajak sahabat terbaikku untuk bertemu membahas hal ini. Ku sampaikan semua fakta dan realita yang ada, tanpa sedikitpun menambah zat toksik didalamnya. Dia yang selama ini menjadi saksi perjuanganku pun berkata, " Sudahlah Bro, sabar. Mungkin ini jalan terbaik untuk elu. Dan elu pun beruntung belum berkorban terlalu banyak untuknya, jadi gua rasa tidak terlalu menyakitkan ". Mendalami perkataannya itu, aku pun berusaha untuk menerima dan ikhlas atas semua yang terjadi. 

Rembulan bersinar, aku pun kembali dengan beranda sosial media yang penuh dengan pemberitahuan. Bermula saat diriku terkejut ketika dia memposting sebuah kata - kata yang menyindir " lelaki buaya darat ", aku pun terlibat percakapan di media sosial tersebut hingga akhirnya meyakinkanku bahwa dia telah memiliki pacar. Aku menghela nafas panjang dan perlahan aku pun coba mengatur katup amarahku. Di akhir percakapan itu aku pun berkata, " Ya akhirnye Zul udh tau siape cowok Kakak. Sebenarnye banyak hal yang mau Zul omongkan sm Kakak. Tapi karena emang Kakak udh ade cowok, Zul tau harus ngapain Kak. Makasih lho selama ini udh buat Zul bise suke sm Kakak ".

Mereka yang Membuatku Lupa dengan Luka

Disaat aku terjatuh, ternyata masih banyak yang membuatku lupa dengan luka yang kurasakan. Pagi di awal bulan Juli, diriku membuka beranda ponsel dan aku menemukan hal yang tak terduga. Sahabat terbaikku membuat video musik di postingan hariannya tentang kebersamaan kami sewaktu mengirim paket untuknya. Hal itu yang memicu pertanyaan dari teman-temanku. Bahkan salah satunya langsung mengajakku untuk bertemu.

Pertemuan itu terasa spesial, karena tempatnya sama sewaktu diriku mengetahui bahwa dirinya telah memiliki pacar.

Namanya Anto, temanku sewaktu SMK yang berasal dari kabupaten Sambas. Dia lah yang selama ini menjadi penerjemah bahasa Melayu Sambas untukku. Terkadang, aku pun juga menyelipkan bahasa itu untuk postingan khusus untuknya. Semua itu diriku lakukan karena ingin dia tahu, bahwa diriku siap untuk beradaptasi dengan kehidupannya. Namun nasib berkata lain, dia pun berusaha menghiburku dengan berbagai motivasi. 

Dukungan yang datang silih berganti membuatku semakin kuat untuk menghadapi cobaan ini. Bagaikan proses penyepuhan pada logam, membuat logam lebih kuat dan menambah daya tahan dari korosi karena dilapisi oleh nikel. Sama hal nya dengan lapisan dukungan mereka, membuatku lebih kuat dan menambah daya tahanku terhadap rasa kecewa. 

Belum memiliki tempat untuk bersandar, tapi setidaknya selalu ada tempat untuk bersujud kepadamu Tuhan. Diriku mengadu dan mencoba mencari petunjuk tentang kekecewaan yang semakin larut dan homogen dalam jiwaku. Semoga waktu akan menghapus semua kesedihanku dan diganti dengan banyak kebahagiaan.

BenCi, itulah yang mungkin rasa yang harus kuberikan kepada-Nya. Benar - benar mencintai Tuhan menjadi cara terbaik untuk berpaling dari semua ini. Butiran-butiran kekecewaan yang tersuspensi dalam larutan perasaan menjadikan diriku penuh dengan kegelisahan selama ini.

Sosok Kakak yang Menyamar Dibalik Layar

Namanya Pita, seorang mahasiswi jurusan gizi yang sedang menyelesaikan pendidikannya . Lahir 22 tahun silam dari keluarga yang sederhana tak membuat dia pesimis untuk menggapai cita-cita nya. Memilih melanjutkan pendidikan di kota, bukanlah hal yang mudah bagi seorang wanita. Banyak pantangan dan tantangan tersendiri ketika dia jauh dari keluarganya yang berada di desa.

Namun semua telah dilaluinya dengan baik. Tahun ini, dengan izin Tuhan dia akan menyabet gelar sarjana. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi orangtuanya, melihat putri pertamanya sebentar lagi wisuda. Itulah alasan kenapa perasaanku sempat jatuh kepadanya. Bagiku, tidak ada yang percuma ketika seorang wanita telah wisuda. Meskipun pada akhirnya akan menjadi seorang ibu rumah tangga, namun dia akan menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya kelak.

Aku telah sadar bahwa mustahil diriku bisa mendapatkan hatinya. Malam itu dia sampaikan semuanya lewat pesan singkat. Intinya, selama ini dia hanya menganggap diriku hanya sebagai kenalan sewaktu magang saja. Tidak lebih dari itu, ternyata selama ini yang terjadi hanyalah kesalahpahaman reaksi antara aku dan dia. 

Aku tidak menyalahkan dirinya, karena aku sadar bahwa diriku yang salah. Mendekati dan menjatuhkan harapan yang terlalu dalam, itulah cara menyakiti diri sendiri secara perlahan. Sama halnya dengan bahan kimia berbahaya dan beracun ( B3 ), jika terlalu banyak berinteraksi akan menyakiti diri sendiri secara perlahan. 

Saatnya Melepas dengan Rasa Ikhlas

Aku tidak bisa berkata BenCi padamu, Kakak. Karena Kakak telah menjadi motivasi diriku untuk membuat karya tulis. Suatu saat jika karya picisan ini melambung, namanya akan selalu ku kenang meskipun dia telah bersanding dengan yang lain. Aku tak pernah menyesal pernah mengenalmu Kakak...

Manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhan lah yang menentukan. Sebuah kalimat yang menjadi inspirasi agar diriku harus meniatkan semua rencana ku dengan tujuan ibadah. Risalah hati ini mungkin tidak mengagungkan kebesaran-Nya selama ini. Itulah yang menyebabkan ketenanganku terusik oleh getaran didalam jiwa.

Meskipun aku belum jatuh cinta padanya, diriku menyadari bahwa cinta tak harus memiliki. Merelakan adalah cara terbaik untuk mengungkapkan perasaan. Kak Pita, aku harus ikhlas menerima kenyataan bahwa Kakak telah memilih dia. Semua rencanaku untuk dirimu telah aku kubur dalam-dalam, asalkan Kakak bahagia.

Waktunya diriku sendiri, perlahan-lahan meratapi kembali hal yang menjadi mimpi. Akan ku bawa mimpi itu menuju kenyataan, yang membuat datangnya kebahagiaan. Bersabar dalam kesendirian, menuju sebuah kalimat yaitu bintang kehidupan.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun