Mohon tunggu...
Zulfan Elba
Zulfan Elba Mohon Tunggu... Buruh - Last Hope for Last Love

Penulis amatir yang masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Last Hope for Last Love Jilid 2: Analis BenCi

30 Juni 2022   08:02 Diperbarui: 30 Juni 2022   08:19 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadian hari itu masih teringat dalam memoriku. Setelah pamit dari rumahnya Putra, kami pun melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba turun hujan deras dan kami pun harus berteduh di sebuah masjid. Bajuku kala itu basah kuyup dan beruntung hadiahnya masih aman. Begitu ketat aku menjaganya seperti aku menjaga kepercayaanku padamu Kakak. Bak proses titrasi untuk mengetahui kadar asam maupun basa, aku pun juga ingin mengetahui kadar perasaan Kakak kepadaku. Tak terasa adzan pun berkumandang, diriku segera mengambil wudhu untuk beribadah bersama sahabatku. 

Setelah hujan reda malam itu, kami pun pergi menuju tempat jasa ekspedisi pengiriman barang. Sampai disana, ternyata mereka tidak menyediakan packaging barang. Suka tidak suka kami pun kembali ke rumah sahabatku yang beruntung lokasinya cukup dekat. Kami cari sebuah kardus bekas dan sebuah map coklat, lalu dibungkus dengan rapi menggunakan isolasi. Sambil mengerjakan, aku bertanya pada sahabatku, " Bro, kenapa elu rela banget bantu gue buat beginian ? Gue jadi nggak enak nih, makasih loh sebelumnya ". Lalu dia pun menjawab, " Gue pernah ada di posisi elu Bro. Elu selama ini rela juga mau dengerin kisah asmara gue. Makanya Bro, jangan mudah menyerah. Gue berharap dia bisa mengerti perjuangan elu ". Mendengar perkataannya, membuat semangatku seperti air yang melewati proses water treatment, jernih tanpa kandungan kimia berbahaya.

Lalu kami pun kembali ke tempat pengiriman tadi. Aku berikan alamat pada costumer service atas nama dirinya dan bukti transaksi pun diproses. Dalam hati aku berharap, semoga suatu saat bukan hanya namaku saja yang sampai kesana, namun jiwa dan ragaku juga. Semoga salam dariku terdengar sampai kesana untuk dirinya, kota Seburing. Bukti transaksi telah ku pegang, sahabatku pun merekam video kebersamaan malam itu sebagai dokumentasi perjuangan ku pada dirinya. Bagaikan sebuah percobaan di laboratorium, setiap kegiatan harus dilakukan dengan dokumentasi dan analisis yang benar guna mempermudah evaluasi hasilnya. 

Akhirnya aku bisa bernafas dengan lega malam itu, berbagai suntikan vaksin motivasi terus sahabat berikan untukku. Doa dan harapan terus ia berikan kepadaku agar dapat menyusul dirinya yang telah mempunyai calon istri. Tak lupa aku pun berterima kasih kepadanya telah menemaniku sampai malam itu. Sesampainya dirumah, aku pun menyampaikan kepadanya bahwa hadiah telah dikirim. Reaksinya pada percakapan itu cukup singkat dan lagi - lagi aku harus bersabar. Tiga hari berselang, hadiah pun sampai ke tangannya. Sepertinya dia cukup senang dan segera ingin mencobanya, ucapan terimakasih pun ia lontarkan. 

Momen Ulang Tahun, Perlahan Menuntun

Tepat pukul 12 malam, aku mengucapkan selamat untuknya lewat pesan singkat. Berharap di usia yang ke 22 tahun, diriku bisa bertemu kembali dengannya dan berharap bisa menginjakkan kaki di kampung halamannya. Aku pun juga berjanji bahwa semua postinganku hari itu di medsos untuk dirinya. Termasuk pada hari itu juga diriku merilis karya tulis pertamaku, yaitu " Asmara Di Tengah Pandemi " secara online.

Sebelum netizen membaca karya ku, aku pun menambahkan katalis berupa sebuah lagu dengan judul " Suatu Saat Nanti " yang diciptakan oleh Hanin Dhiya. Diriku memilih katalis itu karena ingin pembaca lebih cepat memahami isi karya tulis ku. Alhamdulillah, hari itu selain banyak yang mendukung, aku pun juga mendapat kritik dari seseorang yang tak terduga. Tio namanya, temanku sewaktu SMK. Meskipun berbeda jurusan, namun aku tak menyangka dia peduli dengan karya kecilku ini. Banyak hal yang harus diperbaiki, mulai dari kalimat yang tidak efektif, kata yang berbelit dan banyak lagi. Aku pun mengucapkan banyak terimakasih atas kepeduliannya.

Sore harinya, tak kusangka dia benar-benar menghargai hadiah pemberianku. Benda yang menjadi special gift itu menghiasi postingan hariannya di berandaku. Aku pun memberi komentar atas postingannya itu dan dia sangat menyukai pemberianku. Hari itu kebahagiaanku sangatlah lengkap, ditambah sahabat - sahabatku yang mengomentari postingan tentang promosi karyaku. Semua kesulitanku kala mengerjakan karya pertama itu mengalami proses ekstraksi dan filtrasi menjadi kebahagiaan yang sempurna.

Sang mentari pun terbenam, ku persembahkan untuknya sebuah postingan dari hati yang terdalam. Untuk mu harapanku, menjadi kata - kata yang sangat dalam bahwa aku benar-benar menginginkan hatimu Kakak. Tidak ada reaksi darinya, entah itu emoticon atau komentar. Lagi dan lagi, prasangka baik aku tanam dalam jiwa ini. Mungkin dia sedang sibuk kala itu.

Punya Kemampuan, Tidak Salah Menjadi Wanita Idaman

Sejak diriku menjalani masa istirahat dalam pekerjaan, aku pun berniat untuk memulai bisnis kembali. Namun aku sadar, dalam kondisi yang belum kondusif dan masih bersahabat dengan virus ini aku harus menekan angka pengeluaran. Namun hal berbeda justru dilakukannya. Dia tetap menjalankan bisnis donatnya yang justru semakin hari semakin banyak peminatnya. Hal itu yang membuatku semakin kagum denganmu Kakak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun