Aku tidak menyalahkan dirinya, karena aku sadar bahwa diriku yang salah. Mendekati dan menjatuhkan harapan yang terlalu dalam, itulah cara menyakiti diri sendiri secara perlahan. Sama halnya dengan bahan kimia berbahaya dan beracun ( B3 ), jika terlalu banyak berinteraksi akan menyakiti diri sendiri secara perlahan.Â
Saatnya Melepas dengan Rasa Ikhlas
Aku tidak bisa berkata BenCi padamu, Kakak. Karena Kakak telah menjadi motivasi diriku untuk membuat karya tulis. Suatu saat jika karya picisan ini melambung, namanya akan selalu ku kenang meskipun dia telah bersanding dengan yang lain. Aku tak pernah menyesal pernah mengenalmu Kakak...
Manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhan lah yang menentukan. Sebuah kalimat yang menjadi inspirasi agar diriku harus meniatkan semua rencana ku dengan tujuan ibadah. Risalah hati ini mungkin tidak mengagungkan kebesaran-Nya selama ini. Itulah yang menyebabkan ketenanganku terusik oleh getaran didalam jiwa.
Meskipun aku belum jatuh cinta padanya, diriku menyadari bahwa cinta tak harus memiliki. Merelakan adalah cara terbaik untuk mengungkapkan perasaan. Kak Pita, aku harus ikhlas menerima kenyataan bahwa Kakak telah memilih dia. Semua rencanaku untuk dirimu telah aku kubur dalam-dalam, asalkan Kakak bahagia.
Waktunya diriku sendiri, perlahan-lahan meratapi kembali hal yang menjadi mimpi. Akan ku bawa mimpi itu menuju kenyataan, yang membuat datangnya kebahagiaan. Bersabar dalam kesendirian, menuju sebuah kalimat yaitu bintang kehidupan.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H