Mereka yang Membuatku Lupa dengan Luka
Disaat aku terjatuh, ternyata masih banyak yang membuatku lupa dengan luka yang kurasakan. Pagi di awal bulan Juli, diriku membuka beranda ponsel dan aku menemukan hal yang tak terduga. Sahabat terbaikku membuat video musik di postingan hariannya tentang kebersamaan kami sewaktu mengirim paket untuknya. Hal itu yang memicu pertanyaan dari teman-temanku. Bahkan salah satunya langsung mengajakku untuk bertemu.
Pertemuan itu terasa spesial, karena tempatnya sama sewaktu diriku mengetahui bahwa dirinya telah memiliki pacar.
Namanya Anto, temanku sewaktu SMK yang berasal dari kabupaten Sambas. Dia lah yang selama ini menjadi penerjemah bahasa Melayu Sambas untukku. Terkadang, aku pun juga menyelipkan bahasa itu untuk postingan khusus untuknya. Semua itu diriku lakukan karena ingin dia tahu, bahwa diriku siap untuk beradaptasi dengan kehidupannya. Namun nasib berkata lain, dia pun berusaha menghiburku dengan berbagai motivasi.Â
Dukungan yang datang silih berganti membuatku semakin kuat untuk menghadapi cobaan ini. Bagaikan proses penyepuhan pada logam, membuat logam lebih kuat dan menambah daya tahan dari korosi karena dilapisi oleh nikel. Sama hal nya dengan lapisan dukungan mereka, membuatku lebih kuat dan menambah daya tahanku terhadap rasa kecewa.Â
Belum memiliki tempat untuk bersandar, tapi setidaknya selalu ada tempat untuk bersujud kepadamu Tuhan. Diriku mengadu dan mencoba mencari petunjuk tentang kekecewaan yang semakin larut dan homogen dalam jiwaku. Semoga waktu akan menghapus semua kesedihanku dan diganti dengan banyak kebahagiaan.
BenCi, itulah yang mungkin rasa yang harus kuberikan kepada-Nya. Benar - benar mencintai Tuhan menjadi cara terbaik untuk berpaling dari semua ini. Butiran-butiran kekecewaan yang tersuspensi dalam larutan perasaan menjadikan diriku penuh dengan kegelisahan selama ini.
Sosok Kakak yang Menyamar Dibalik Layar
Namanya Pita, seorang mahasiswi jurusan gizi yang sedang menyelesaikan pendidikannya . Lahir 22 tahun silam dari keluarga yang sederhana tak membuat dia pesimis untuk menggapai cita-cita nya. Memilih melanjutkan pendidikan di kota, bukanlah hal yang mudah bagi seorang wanita. Banyak pantangan dan tantangan tersendiri ketika dia jauh dari keluarganya yang berada di desa.
Namun semua telah dilaluinya dengan baik. Tahun ini, dengan izin Tuhan dia akan menyabet gelar sarjana. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi orangtuanya, melihat putri pertamanya sebentar lagi wisuda. Itulah alasan kenapa perasaanku sempat jatuh kepadanya. Bagiku, tidak ada yang percuma ketika seorang wanita telah wisuda. Meskipun pada akhirnya akan menjadi seorang ibu rumah tangga, namun dia akan menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya kelak.
Aku telah sadar bahwa mustahil diriku bisa mendapatkan hatinya. Malam itu dia sampaikan semuanya lewat pesan singkat. Intinya, selama ini dia hanya menganggap diriku hanya sebagai kenalan sewaktu magang saja. Tidak lebih dari itu, ternyata selama ini yang terjadi hanyalah kesalahpahaman reaksi antara aku dan dia.Â