Ibumu berusaha setengah mati untuk tidak menangis. Lalu ayahmu melanjutkan, “Seminggu yang lalu, Naura tiba-tiba pingsan di rumah, kami yang panik segera membawanya ke rumah sakit. Dokter bilang, peradangan pada pankreasnya menjadi parah, dan harus segera melakukan tindakan operasi. Kami yang tidak setuju pada saat itu menolaknya, karena sebelumnya Naura baik-baik saja. Namun, dokter menjelaskan kalau tidak segera dioperasi akan semakin memburuk. Sehinga kami pun, menyetujui untuk segera mengambil tindakan operasi. Tapi, sepertinya Tuhan lebih sayang Naura. Pada pagi harinya, Naura dinyatakan meninggal oleh pihak rumah sakit.”
“Maaf ya, kami menyembunyikan ini dari kamu,” kata ibumu.
“Maaf ya, Reksa,” sambung ayahmu.
Air mataku mulai terkumpul.
Ayahku pernah bilang, laki-laki ga boleh nangis, kecuali saat dia kecewa kepada dirinya sendiri.
Sejenak, aku merasakan gejolak emosi yang sangat deras di dadaku, seolah ada simpul kusut yang ditarik-tarik ke segala arah.
Di hari yang terik itu pun, hujan turun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI