Pernah kutanyakan, alasannya menyimpan uang padaku. "Itu tabungan! Biar bisa ke Jepang!"
Sudah dua tahun, Rangga selalu menitipkan uangnya padaku. Tak lagi bersuara, Rangga segera berbalik badan. Kembali melanjutkan menyapu halaman.
Samar-samar, kudengar suara nyanyian dari mulut Rangga.
Lebaran sebentar lagi
Baju baru belum dibeli
Lebaran sebentar lagi
Yang penting bisa hepi
Aku tertawa mendengar lagu yang sengaja diubah Rangga. Sekarang, teman sebangkuku itu mulai tampak menirukan gaya bernyanyi Eno Lerian. Sesekali memutar-mutar gagang sapu. Mungkin dianggap tiang mik.
Akhirnya aku memilih masuk ke dalam masjid. Kemudian menutup dan mengunci semua jendela, serta mematikan lampu. Kecuali lampu di halaman depan masjid.
"Jangan tutup dulu! Aku belum salat!"
Kudengar teriakan Rangga aambil berlari kearahku, ketika aku akan menutup pintu masjid. Rangga menyerahkan sapu, kemudian kemudian berlari ke tempat wudhu yang berada di samping masjid.
Aku geleng kepala melihat Rangga terburu keluar dari tempat wudhu. Aku tertawa.
"Wudhu atau mandi?"
"Dua-duanya!"
"Ganti baju dulu!"
"Tapi baju ini masih..."
Kutarik tangan Rangga yang terpaksa mengikuti langkah kakiku, menuju bangunan kamar kecil yang bersebelahan dengan tempat Imam.