Sudah tiga hari, Rangga tidak masuk sekolah. Bu Ratih kembali menatap bangku kayu di sebelahku.
"Tidak tahu, Bu!"
Bu Ratih terdiam mendengar jawabanku. Hanya itu yang bisa kulakukan. Seperti permintaan Rangga pada hari minggu lalu.
"Jika Bu Guru tanya, jawab saja: Tidak Tahu!"
"Berapa hari?"
"Belum tahu!"
Rangga yang sejak tadi hanya memakai celana, segera melangkah ke pancuran bambu. Kemudian berdiri di bawah pancuran. Kedua tangan Rangga tampak sibuk menggosok tubuh kurusnya.
"Wali kelas kita baru, kan?"
"Iya."
"Siapa namanya?"
"Bu Ratih!"
Rangga tersenyum sambil anggukkan kepala. Tangannya meraih baju kaos olahraga sekolah yang tadi dijemur di pagar kawat tempat pencucian. Baju itu kembali basah.
"Bagianku, tolong disimpan, ya?"
"Kau tak pulang?"
Rangga gelengkan kepala sambil memberikan bungkusan plastik padaku. Berisi uang hasil aku dan Rangga mencuci mobil dan motor.
"Aku mau bantu Mang Amin! Bulan puasa ini, mi ayam Mang Amin laris!"