Ketika teori CDMA dan GONE digabungkan, keduanya memberikan kerangka yang lebih holistik untuk memahami penyebab korupsi. Dalam kasus e-KTP, elemen-elemen dari kedua teori ini saling berinteraksi secara dinamis untuk menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya korupsi. Beberapa hubungan sistemik yang dapat diidentifikasi adalah:
Dinamika Kekuasaan dan Kesempatan
Monopoli kekuasaan dalam CDMA menciptakan peluang besar (opportunity) dalam GONE. Dalam konteks proyek e-KTP, kekuasaan terpusat pada pejabat tertentu yang memiliki kendali penuh atas anggaran dan pengadaan. Ketika kekuasaan ini tidak diawasi, kesempatan untuk korupsi menjadi tak terbatas.Motivasi dan Kebebasan Bertindak
Diskresi dalam CDMA memberikan kebebasan bertindak kepada pelaku, sedangkan keserakahan dalam GONE menjadi motivasi utama mereka untuk memanfaatkan kebebasan ini. Tanpa pengawasan, pelaku dapat dengan leluasa mengatur skema korupsi untuk keuntungan pribadi.Lingkungan yang Tidak Transparan
Minimnya akuntabilitas dalam CDMA menciptakan lingkungan yang mendukung korupsi, karena pelaku merasa risiko terbongkarnya kejahatan (exposure) sangat rendah. Kombinasi ini membuat pelaku merasa aman untuk menjalankan skema korupsi tanpa takut akan konsekuensi hukum.
5. Implikasi terhadap Pencegahan Korupsi
Pemahaman tentang hubungan antara teori CDMA dan GONE dapat digunakan untuk merancang strategi pencegahan korupsi yang lebih efektif. Beberapa langkah yang dapat diambil berdasarkan analisis ini adalah:
Mengurangi Monopoli Kekuasaan
Reformasi birokrasi perlu difokuskan pada pengurangan monopoli kekuasaan melalui desentralisasi dan pelibatan lebih banyak pemangku kepentingan. Contohnya, dalam proyek seperti e-KTP, perlu ada pengawasan independen dari lembaga lain yang tidak terafiliasi dengan eksekutif atau legislatif.Membatasi Diskresi Pejabat
Diskresi pejabat harus dibatasi melalui regulasi
Rekomendasi untuk Pencegahan
Berdasarkan analisis teori CDMA dan GONE, langkah-langkah pencegahan berikut dapat diterapkan untuk menghindari kasus serupa: