Mohon tunggu...
Zahra Feby Arisanti
Zahra Feby Arisanti Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Hobi saya menggambar fanart sambil mendengarkan musik. Di sela-sela waktu suka baca atau menonton film yang berkaitan dengan sejarah. Kadang kala juga suka menonton anime

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peninggalan Penjajah

20 September 2024   12:05 Diperbarui: 20 September 2024   12:27 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok itu menjerit kesakitan. Sepertinya dia sensitif dengan flash kamera. Arya melakukannya sekali lagi. Sosok itu menjerit lebih keras. Karena sudah geram, sosok itu menyerang balik pada Arya. Dengan kecepatan kilat dia masuk ke tubuh Arya. Kamera di tangannya lepas dan tercebur dalam air.

“AKH AKH KELUAAAR!!” teriak Arya tak bisa mengontrol diri. Langkahnya maju mundur tidak jelas.

Ivan dan Samudera berpikir cepat harus berbuat apa. Tak pakai lama Samudera menangkap Arya lalu menahan badannya.

“CEPAT! FOTO DIA PAKE KAMERA!” perintah Samudera.

 Ivan menuruti ucapan Samudera. Ternyata dia salah besar, perbuatannya malah memperburuk keadaan. Arya menjerit kesakitan, suaranya bercampuran dengan suara perempuan. Samudera melepaskan badan Arya lalu mendekati Ivan. Bola mata Arya berubah menjadi warna hitam, dia telah dirasuki.  

“IVAN, LARII!” ucap Samudera sembari berlari mendahului Ivan.

Arya pun mengejar mereka yang terus berlari meski pandangan terhalang gelapnya lorong. Genangan air semakin memperlambat pelarian mereka. Setelah beberapa lama tenaga pun mulai terkuras. Ivan menghentikan langkah karena tak kuat lagi. Napasnya terengah-engah sembari membalikkan badan. Ternyata Arya sudah berada tepat di depan matanya. Dengan kecepatan tak terduga, Arya mencengkeram leher Ivan dengan satu tangan. Entah dapat kekuatan dari mana Arya mengangkatnya lalu menghentakkan punggung Ivan ke dinding dengan keras. Ivan merasa pernah mengalami kejadian ini, tetapi entah di mana.

“SESIAPA YANG MELANGGAR HARUS MATI!” teriak Arya hingga menggemakan satu lorong.

Ivan langsung teringat pada mimpi buruknya, dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan benar saja, Arya mengeluarkan pisau antik yang ia temukan tadi, memposisikan mata pisau pada bagian perut Ivan yang siap menancap. Kejadian ini sangat persis dengan mimpi Ivan. Dia tak mau mati sekarang. Pisau itu hendak mendarat, dengan cepat Ivan menghentikan tujuan mata pisau itu. Mendadak rasa takut dan panik terlukis di wajahnya. Ivan salah perhitungan, pisau berkarat itu malah menancap di tangannya hingga menembus punggung tangan. Dia hanya bisa diam tak mampu berteriak.

“Arya sadarlah…, ini aku” ucap Ivan sambil merintih kesakitan.

Arya tak menggubris ucapan Ivan. Tangan Ivan ber gemetar dan meneteskan cairan berwarna merah. Rasa sakit yang tidak terbayangkan mulai terasa. Arya menarik kembali pisau kecilnya lalu bersiap melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Tepat waktu, Samudera menendang tubuh Arya hingga terdorong agak jauh. Ivan pun terjatuh hingga celananya basah kuyup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun