Mohon tunggu...
Zahra Feby Arisanti
Zahra Feby Arisanti Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Hobi saya menggambar fanart sambil mendengarkan musik. Di sela-sela waktu suka baca atau menonton film yang berkaitan dengan sejarah. Kadang kala juga suka menonton anime

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peninggalan Penjajah

20 September 2024   12:05 Diperbarui: 20 September 2024   12:27 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apakah ini penjara yang kau maksud?” tanya Samudera lagi. Arya ikut menghampiri.

“Iya! Aku baru ingat, ini namanya penjara jongkok. Penyiksaan penjara ini lebih sadis daripada penjara berdiri,” jelas Ivan.

“Tapi kok bentuknya kotak-kotak gini?” tanya Arya penasaran.

“Mereka yang ditahan harus dalam posisi jongkok lalu tubuh mereka direndam air setinggi leher mereka. Dibiarkan selama mungkin sampai waktunya tiba.”

“Weish, ngeri. Tidak salah kami menyebutmu anak sejarah” ucap Arya memuji.

Arya membalikkan badannya dan pandangannya tertuju pada benda yang terendam genangan. Dia penasaran karena tak bisa melihat dengan jelas, Arya mengeluarkan ponsel untuk meyalakan senter. Dia mengambil benda itu, ternyata sebuah pisau kecil antik yang sudah berkarat. Sebagai kenang-kenangan Arya menyimpan di saku belakang. Dua sahabatnya ternyata mengamati sejak tadi.

Mereka pun melanjutkan perjalanan dan menemukan banyak ruangan penjara jongkok, penjara berdiri, dan juga ada tempat khusus pemenggalan kepala. Perjalanan yang begitu jauh dan tampaknya sudah hampir sampai di ujung lorong. Sepertinya tidak ada sesuatu yang perlu ditakuti dari tempat ini.

Kricik kricik kricik…

Suara seperti rantai mendadak terdengar dari arah lorong depan. Karena bingung, mereka menghentikan langkah dan menunggu apa yang selanjutnya terjadi. Akan tetapi, suara itu tetap terdengar juga seperti mendekati mereka bertiga. Dari mulut pintu lorong, persis di depan mereka yang jaraknya hanya beberapa langkah, ada sesosok muncul. Ternyata suara rantai itu berasal darinya. Betapa kaget mereka karena hanya Arya, Ivan, dan Samudera yang masuk ke dalam lorong. Jantung mulai berdetak hebat. Sosok itu memakai baju wanita ala noni Belanda yang kusut, model rambutnya seperti konde,  tetapi lebih acak-acakan. Masing-masing tangannya tergantung rantai berkarat. Matanya, yang secara deras mengeluarkan cairan kental berwarna hitam, menatap tajam pada mereka. Arya segera mengangkat kameranya, memulai dokumentasi sosok itu.

Cekrek! 

“AARGH AAARGH!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun