Mohon tunggu...
Zahid Paningrome
Zahid Paningrome Mohon Tunggu... -

Creative Writer zahidpaningrome.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu dalam Secangkir Kopi

1 Oktober 2016   00:23 Diperbarui: 1 Oktober 2016   00:34 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah setahun aku tak bertemu kamu. Rasanya memang tak ada bedanya.  Kesadaran datang terlambat. Aku memilih untuk tetap menaruh kamu di kedalamanku. Menolak semua yang datang. Mengusir semua yang memilih menetap. Aku bukan pelari yang kuat mengejarmu hingga tetes keringat menjelma banjir di tubuh. Aku hanya perlu menjadi bagian dari waktu, yang bisa kapanpun menyelami setiap menit dan detik, kembali ke masa itu. Saat percakapan mempertemukan kita dalam secangkir kopidengan kesadaran penuh bahagia.

Kopi menjadi medium bagi orang-orang yang mencari pelarian. Juga menjadi bagian sejarah dalam Revolusi Perancis di tahun 1789 dan Perang Aceh saat dipimpin Cut Nyak Dhien. Kopi menjadi medium bagi prajurit membicarakan strategi dan taktik perang. Warung-warung kopi disulap menjadi tempat rapat dan berdiskusi. Tidak ada satupun penjajah yang mengetahui taktik ini. Para Prajurit akan menyamar menjadi pengunjung saat musuh mampir untuk menikmati secangkir kopi. Kopi juga menjadi alasan dimana aku dan kamu dipertemukan.

Aku ingat pertemuan pertama kita di kafe itu. Saat seorang pelayan meneriakkan Kopi Menoreh yang sama-sama kita pesan. Basa-basi menggiring kita dalam meja yang sama. Satu jam berjalan, kita bicara banyak soal selera musik.

“Suka musik apa?” Tanyaku serius.

“Relatif, tapi aku paling suka musik jazz,” Jawabmu, menghirup aroma Kopi Menoreh.

“Louis Amstrong?”

“Iyaaa, tapi aku paling suka Jimy Rushing,” Katamu, menambahi.

“Really? Jimy Rushing? Kita sama berarti.”

“Aku masih sering lihat perfomancenya di youtube, waktu dia duet sama Dizzie Gillespie Quintet,” Katamu, setelah meminum kopi.

“Aku tahu! Blues After Dark kan?”

“Iyaaa! Perancis 1959.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun