Mohon tunggu...
Zahid Paningrome
Zahid Paningrome Mohon Tunggu... -

Creative Writer zahidpaningrome.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu dalam Secangkir Kopi

1 Oktober 2016   00:23 Diperbarui: 1 Oktober 2016   00:34 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Rinduku tak mengenal kata menunggu. Rinduku adalah kamu,” Jawabku.

Kamu bangkit dari pundakku. Menatapku diujung kata itu. Senyumanmu adalah surga kecil bagiku. Aku bisa merasakan nafasmu yang menyentuh bibirku. Jantung kita berdegup seirama. Keringat dingin mulai jatuh dari keningmu. Tatapan itu berlangsung lama. Kamu seperti memberi pesan untukku.

“Maaf,” Katamu memelas.

“Kenapa??” Tanyaku lembut.

“Aku nggak bisa nunggu lebih lama lagi. Aku harus terima lamaran itu. Aku nggak mau orang-orang membicarakan kita lagi. Aku mau hidup tenang, nyaman tanpa beban moral,” Tangismu pecah di taman itu. Keningku beradu mendengar ucapanmu.

 “Maaf... Kita bukan garis yang ditakdirkan bertemu.”

Dalam dinginnya malam, kamu meninggalkanku bersama keheningan yang merajai tubuh. Ketakutanku tiba. Aku telah kehilanganmu.

-----

Dalam secangkir kopi rinduku menjelma tangis yang menderu. Rasa pahit yang mengecap di pinggir cangkir terpaksa kucium. Aku tahu hitamnya kopi tak akan pernah mengembalikanmu. Seperti perasaan yang entah mengarah kemana. Rinduku terbentur pekatnya kopi. Bukan soal latte art, kita tahu kopi tubruk adalah kita,  kesederhanaan. Orang-orang akan terpikat ketika mengenalnya lebih dalam. Kopi tubruk bukan perkara kemudahan, kedahsyatannya ada. Aromanya memikat. Seperti kamu.

Aku rindu secangkir kopi yang kita minum berdua. Rindu senyumanmu sore itu. Rindu setiap kata yang keluar dari bibirmu. Bibir yang pernah merasakan keringat di keningku, juga yang pernah merasakan lembutnya bibirku. Aku tahu perkara ini tidak mudah, melepaskanmu, merelakanmu disaat cinta telah lama menetap. Aku rindu menatapmu, aku rindu larut dalam pelukan hangatmu yang tetap terasa bahkan saat kamu tak ada.

19 Juli. Hari pernikahanmu, juga hari ulang tahunku ke-27, sebuah dilema bagiku. Aku masih percaya kamu terpaksa menerima lamaran itu. Desakan keluargamu tak bisa ditolak. Aku percaya kamu masih mencintaiku. Aku juga tahu, aku tamu yang paling kamu tunggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun