"Ada apa, Om??" aku penasaran sambil memelototi Om Arip.
"Obat biusnya mulai hilang!" kata Om Arip yakin.
"APA??" aku lemas. Aku tahu kalau alasan Om Arip memang masuk akal.
Lima menit kemudian aku sudah merasa kalau bibir dan hidungku sudah tertukar posisinya di wajah. Aku pletat-pletot karena menahan sakit yang lumayan. Periih sekali. Biusnya sudah hilang.
Sesampai di rumah, aku disambut oleh mami dan semua famili-familiku, dan tetangga-tetanggaku. Mereka mau selamatan. Tapi, karena aku hampir pingsan karena sakit, aku melihat mereka seperti benda-benda aneh yang melayang-layang. Mataku berkunang-kunang sehingga penglihatanku makin kabur saja. Aku langsung dibopong ke kamar, diminumi obat dan pingsan.
**
"Mr. President !! Sudah waktunya meninggalkan acara..!!" teriak ajudanku. Aku kaget. Oh.. ya benar..
[ salam titit .. buat yang baca.. ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H