Nasehat bijak berkata bahwa orang bijak berusaha menjaga keharmonisan dalam hidupnya, bahwa hikmat yang sejati itu damai sejahtera. Artinya, apabila Anda bijak, Anda tidak membalas kemarahan orang lain. Sebab sesungguhnya, terhormatlah seseorang kalau ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.
Kenali sumber perselisihan
Pesan besarnya adalah bahwa ketika terjadi perbantahan, perselisihan dan ketegangan, maka orang bijak harus mencegahnya sebelum itu terjadi. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Tetapi, seseorang bijak hanya bisa menghindari perselisihan jika tahu terlebih dahulu apa penyebabnya.
Sebagai acuan sederhana untuk membentuk sikap dan pola berpikir yang bijak, maka terdapat tiga penyebab mengapa perselisihan itu muncul, yaitu:
1. Membandingkan
Perilaku yang suka dan doyan membanding-bandingkan menjadi sumber sangat potensial terjadinya perselisihan dengan orang lain. Perhatikan, misalnya, apakah Anda pernah menggunakan ungkapan, "Kau sama saja seperti...", atau ungkapan begini, "Kenapa kau tidak bisa seperti dia...", atau lainnya berkata, "Waktu aku seusiamu?"
Hati-hati, sebab apabila Anda sering menggunakan dan berkata seperti itu, Anda menyulut perkelahian dengan orang lain. Semakin sering mengemukakannya, dan semakin memberikan tekanan tonasi suara yang mempetajam maka perselisihan itu akan semakin besar dan besar menjadi pertengkaran dan konflik.
Dengan kata lain, kebiasaan orang yang membanding-bandingkan itu, sesungguhnya bukan sikap dan perilaku seorang yang disebutk bijaksana. Oleh karenanya, kalau Anda ingin menjadi seorang yang bijaksana, maka mulai sekarang hentikanlah kebiasaan membanding-bandinhkan itu.
2. Menghakimi
Sumber yang kedua jauh lebih ekstrim dari yang pertama yaitu membandingkan. Ini tentang kebiasaan dan kesukaannya adalah menghakimi, baik orang maupun situasi atau keadaan yang dihadapi. Dan dengan kebiasaan ini maka perselisihan dan pertengkaran akan sangat mudah terjadi dan pecah.
Perhatikan ungkapan-ungkapan demikian, yang menjadi area atau letak kesalahan banyak orang dengan mengatakan:
"Ini semua salahmu,"
"Kau seharusnya malu,"
"Kau selalu" atau
"Kau tidak pernah,"
"Kau seharusnya..." atau
"Kau tidak seharusnya...,"