Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Periksa, Apakah Anda Termasuk Orang Bijaksana?

3 Januari 2019   16:05 Diperbarui: 5 Januari 2019   16:32 3029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasehat bijak berkata bahwa orang bijak berusaha menjaga keharmonisan dalam hidupnya, bahwa hikmat yang sejati itu damai sejahtera. Artinya, apabila Anda bijak, Anda tidak membalas kemarahan orang lain. Sebab sesungguhnya, terhormatlah seseorang kalau ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.

Kenali sumber perselisihan

Pesan besarnya adalah bahwa ketika terjadi perbantahan, perselisihan dan ketegangan, maka orang bijak harus mencegahnya sebelum itu terjadi. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Tetapi, seseorang bijak hanya bisa menghindari perselisihan jika tahu terlebih dahulu apa penyebabnya.

Sebagai acuan sederhana untuk membentuk sikap dan pola berpikir yang bijak, maka terdapat tiga penyebab mengapa perselisihan itu muncul, yaitu:

1. Membandingkan

Perilaku yang suka dan doyan membanding-bandingkan menjadi sumber sangat potensial terjadinya perselisihan dengan orang lain. Perhatikan, misalnya, apakah Anda pernah menggunakan ungkapan, "Kau sama saja seperti...", atau ungkapan begini, "Kenapa kau tidak bisa seperti dia...", atau lainnya berkata, "Waktu aku seusiamu?"

Hati-hati, sebab apabila Anda sering menggunakan dan berkata seperti itu, Anda menyulut perkelahian dengan orang lain. Semakin sering mengemukakannya, dan semakin memberikan tekanan tonasi suara yang mempetajam maka perselisihan itu akan semakin besar dan besar menjadi pertengkaran dan konflik.

Dengan kata lain, kebiasaan orang yang membanding-bandingkan itu, sesungguhnya bukan sikap dan perilaku seorang yang disebutk bijaksana. Oleh karenanya, kalau Anda ingin menjadi seorang yang bijaksana, maka mulai sekarang hentikanlah kebiasaan membanding-bandinhkan itu.

2. Menghakimi

Sumber yang kedua jauh lebih ekstrim dari yang pertama yaitu membandingkan. Ini tentang kebiasaan dan kesukaannya adalah menghakimi, baik orang maupun situasi atau keadaan yang dihadapi. Dan dengan kebiasaan ini maka perselisihan dan pertengkaran akan sangat mudah terjadi dan pecah.

Perhatikan ungkapan-ungkapan demikian, yang menjadi area atau letak kesalahan banyak orang dengan mengatakan:

"Ini semua salahmu,"
"Kau seharusnya malu,"
"Kau selalu" atau
"Kau tidak pernah,"
"Kau seharusnya..." atau
"Kau tidak seharusnya...,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun