Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah nan Filosofi Ketupat

24 Mei 2021   11:41 Diperbarui: 26 Mei 2021   14:42 1697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar bidik layar dokpri Yuliyanti.

Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Syawal, sedangkan Lebaran Ketupat satu minggu setelahnya (8 Syawal). 

Tradisi Lebaran ketupat diselenggarakan pada hari ke delapan bulan Syawal atau jelang puasa Syawal selama 6 hari usai.

Hal ini berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk berpuasa sunnah di bulan tersebut.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Ayyub al-Anshariy, bahwa Nabi SAW bersabda:

"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh" (HR Muslim, Kitab al-Shiyam, Bab Kesunahan puasa 6 hari syawal)



Dalam sejarahnya, Lebaran ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Saat itu, beliau memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran dipahami dengan prosesi pelaksanaan shalat Ied satu Syawal hingga tradisi saling bertandang ke rumah orang tua memohon ampunan dan saling memaafkan sesama ummat.

Sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari itu, masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat, yaitu jenis makanan yang dibuat dari beras dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa muda (janur) yang dibuat berbentuk kantong, kemudian dimasak.

Setelah masak, ketupat tersebut diantarkan ke kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua, sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.

Dalam filosofi jawa, ketupat bukan sekadar hidangan lebaran saja, namun mengandung arti dan makna yang mendalam, yaitu "Kupat ngaku lepat."

Ngaku lepat, berarti mengakui segala kesalahan baik yang disengaja atau pun tidak sengaja dalam kurun waktu satu tahun putaran lebaran. Ada pun laku papat atau empat tindakan kala lebaran tiba adalah;

1.Ngaku Lepat.

"Mangan kupat nganggo santen
Menawi lepat nyuwun pangapunten"( makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun