Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Balas Dendam Terbaik adalah dengan Menjadikan Dirimu Lebih Baik

27 Juni 2024   17:10 Diperbarui: 2 Juli 2024   00:53 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bullying di sekolah (Sumber gambar: Pexels/cottonbro studio)

Saya merasakan ada yang aneh. Apa lagi ketika suatu saat dia berkata pada saya, "Buk, bisa tidak ya, aku pindah sekolah?"

Deg.. saya mulai merasa ada yang tidak beres 

"Memangnya kenapa? Baru mau satu semester.." jawab saya.

Dia diam. "Tidak apa-apa... cuma tidak senang saja sekolah di sana," katanya sambil terus menulis. Jelas dia menghindar dari pertanyaan saya lebih lanjut.

Hari-hari berikutnya semakin tampak bahwa anak saya ada masalah. Tiap hari Sabtu dia selalu membuat alasan supaya tidak masuk sekolah. Entah sakit perut, pusing, dan yang terakhir selalu mau muntah jika mau berangkat sekolah. Sabtu adalah hari kegiatan ekstrakurikuler.

Puncaknya ketika suatu hari saya merasakan keanehan karena SMS presensi dari sekolahnya tidak masuk ke HP saya. Ah ya, di sekolah anak saya presensinya menggunakan finger print dan info kehadiran langsung dikirimkan sekolah ke nomor HP orangtua.

"Le, kok ibuk tidak mendapat SMS dari sekolah ya? Kenapa?" tanya saya sore harinya.

"Finger print-nya rusak Buk, " katanya. Saya merasa tidak enak. Entah mengapa saya merasa bahwa ia kali ini berbohong pada saya.

Bukan hanya hari itu saya tidak menerima SMS hasil finger print, tapi sampai tiga hari berturut-turut. Padahal setiap pagi ia berangkat sekolah. Pasti ada yang tidak beres ini, pikir saya. 

Sore hari kembali saya bertanya pada anak saya. Saat itu ia sedang duduk di meja belajar sambil mengerjakan sesuatu.

"Le, ibuk kok tiga hari tidak dapat SMS. Ada apa ya? Kok sepertinya ibuk merasa kamu ada masalah?" tanya saya hati- hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun