"Ada tamu to?"Â
"Iya, Bik. Tolong layani dan bantu tamu saya," pinta Faris singkat. Lalu segera melenggang masuk ke dalam. Ia Juga perlu membersihkan dirinya sendiri yang tampak berantakan.Â
Tanpa banyak kata Bik Misih menggiring gadis bergaun pengantin masuk ke dalam. Perempuan yang sudah bertahun-tahun mengabdi di panti asuhan Darul Hadlonah Pengapon itu paham apa yang harus ia lakukan. Meski di benaknya muncul banyak tanda tanya. Termasuk, darimana dan bagaimana Faris menemukan perempuan itu? Kenapa perempuan ini memakai pakaian pengantin?Â
"Apa mbak ini calon istrinya Mas Faris?" Tanya Bi Misih sambil mengamati gadis di depannya. Ia fokus pada gaun pengantin yang dikenakan si gadis.Â
"Tidak. Kami baru saja ketemu."Â
"Ooh." Bik Misih tersenyum.Â
"Mari ikut saya," lanjutnya.Â
-----
"Nah, gini lebih cantik. Masyaallah." Bik Misih menatap takjub pada gadis di depannya. Ia sudah menyulap gadis bergaun pengantin basah dan rambut panjang awut-awutan menjadi gadis berjilbab layaknya seorang ustadzah.Â
Gadis itu terkesima dengan diri sendiri. Ia menatap pantulan bayangan pada cermin di depannya. Benar kata Bik Misih. Ia jauh lebih cantik dengan busana muslimah. Tunik panjang dipadu rok plisket dan pasmina benar-benar cocok untuk tubuh rampingnya. Gadis itu tersenyum samar.Â
"Di sini, kami mengajarkan anak-anak untuk senantiasa memakai baju muslim. Memakai jilbab untuk yang putri," tutur Bik Misih santun.Â