Ternyata ibuku benar.
Tidak seharusnya dulu aku selalu mengendap-endap keluar melalui jendela karena pintu kamar dikunci oleh ibu, dan membiarkan cahaya bulan merah itu berkali-kali meresap dalam tubuhku setiap kali ia datang.Â
Seharusnya aku tetap bersembunyi di dalam kamar; terkungkung di dalam kegelapan, agar potongan gambar-gambar yang tercipta dari kemarahanku itu tak mewujudkan diri ke alam nyata. Agar ibu dapat tetap hidup.
Sekarang aku ingat penyebab kematian ibu. Aku ingat mengapa novelku terhenti beberapa tahun lalu. Aku tahu kenapa aku selalu berpindah tempat tinggal setiap beberapa tahun sekali.Â
Aku meraba seutas tali yang terlilit pada pergelangan tanganku.
Dan aku tahu siapa pelaku pembunuhan perempuan di balik semak itu.
Â
Kekuatan blood moon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H