Kunyalakan laptop dan mulai berkonsentrasi mengetik.Â
Cahaya kemerahan blood moon di atas sana terasa hangat. Aku dapat merasakan datangnya ribuan bahkan jutaan partikel-partikel kecil tak terlihat yang menyelimuti dan meresap masuk melalui pori-pori halus di permukaan kulitku. Ide-ide cemerlang membanjiri sel-sel kelabu di dalam tempurung kepalaku.Â
Seluruh rangkaian cerita, semua huruf-huruf yang terangkai dalam kalimat-kalimat panjang itu, seolah melayang keluar dari layar dan menyatu dengan seluruh bagian tubuhku yang terasa begitu aktif dan sangat kuat. Menciptakan potongan-potongan gambar yang merunutkan adegan demi adegan dalam bentuk nyata di depan mataku.
 Setelah sekian lama larut dalam cerita yang kubuat, aku tersadar bahwa bahwa taman telah mulai sepi. Aku menggeliat meregangkan otot-otot tubuh yang sedikit kaku. Sebentar lagi ceritaku akan selesai. Hanya tinggal menambahkan sedikit sentuhan pada bagian ending saat akhirnya terungkap siapakah sosok pembunuh berantai itu. Dan bagian itu bisa kubereskan nanti di rumah. Â
Saat hendak mematikan laptop, terdengar suara jeritan.Â
Aku mencari-cari asal suara itu.Â
Terlihat kerumunan orang-orang di sebuah sudut tak jauh dari tempatku duduk.Â
Aku bergegas berlari menghampiri.
 "Telepon polisi! Cepat!"
 "Siapa yang menemukan pertama kali?"
 "Hei, jangan disentuh! Biarkan saja begitu sampai polisi datang!"