Sebagai dua murid yang tetap hidup diantara tiga puluh delapan lainnya yang tidak selamat, merupakan beban yang sangat  berat bagi kami.
Dan syukurlah sepertinya Saras tak menceritakan soal mimpi-mimpiku itu kepada teman-teman lain.Â
Terbukti tak ada satu  orang pun yang menanyakan hal itu kepadaku.Â
Lagipula aku memang sudah tak ingin membicarakan dan mengingat hal itu lagi. Â
***
Tetapi, beberapa malam kemudian, aku kembali bermimpi.
Sebuah kecelakaan besar akan terjadi pada Saras dan teman-teman sekelasnya saat sedang acara jalan-jalan ke puncak.Â
Di dalam mimpi itu, terlihat bus kecil yang membawa mereka tiba-tiba tertimbun tanah longsor di sebuah belokan jalan kecil lalu terguling ke jurang.Â
Saat jam digital yang terpasang pada dashboard bus itu menunjukkan pukul sembilan tepat.
Ini sangat berbeda dari sebelumnya.
Kali ini aku tahu kapan kelas Saras akan melakukan acara jalan-jalan itu.