'Tapi kan sama-sama sakit. Yang satu sakit darah tinggi, yang satu sakit jantung. Terus sama-sama dikasih pertolongan biar sembuh. Yang satu ditolong pakai obat, yang satu pakai jantung buatan. Â Bedanya apa, Pak ?"
"Sudah ! Â Nggak usah ngeyel terus !"
"Hmmh. Jadi Budi bolehnya nonton apa nih ?"
"Mbok ya cari tontonan untuk anak-anak saja."
"Oh iya. Budi ingat. Sore ini ada acara tentang robot anak-anak buatan ilmuwan Jepang, lanjutan minggu kemarin. Robotnya canggih Pak. Benar-benar mirip anak-anak biasa. Bentuk badannya, warna kulitnya, bicaranya, ketawanya, semua mirip seperti manusia. Sudah begitu, robotnya juga bisa bernyanyi dan menjawab pertanyaan kita lho Pak. Katanya nanti robot-robot itu akan ditempatkan di panti-panti jompo untuk menemani dan menghibur para orang tua yang sudah nggak punya keluarga. Budi mau nonton itu aja ah."
"Apa-apaan itu ? Â Manusia kok mau nyaingi Sang Pencipta. Mana boleh begitu !"
"Siapa yang mau nyaingi Sang Pencipta, Pak ?"
"Lha itu, ilmuwan yang pada bikin robot. Dibikin persis seperti manusia. Itu namanya nyaingi toh ? Â Kualat nanti. Nggak usah nonton acara itu !"
"Kok semua-semua nggak boleh sih Pak ?
"Ya kamu juga, kok ya yang dimauin yang nggak boleh-nggak boleh semua."
"Uuh. Budi jadi pingin ketemu ibu. Kenapa sih, ibu harus meninggal Pak ?"