"Hahahaha ! Lucu ya bapak kamu."
"Hehehe. Iya. Bapakku memang polos banget. Yah maklumlah, namanya juga orang desa yang nggak pernah pergi kemana-mana. Pemikirannya tercetak oleh  orang-orang di sekitarnya."
"Ah nggak juga. Teman-temanku yang tinggal di kota besar juga tetap saja pemikirannya dicetak oleh kerabat dan tetangga."
"Hmm. Iya juga ya."
"Motivasi terbesar kamu apa ?"
"Hmm. Aku cuma nggak pingin dilarang melakukan ini dan itu yang kurasa bukan hal buruk. Tahu sendiri kan, terkadang saking takutnya manusia bumi di jaman kita ini, setiap ada hal-hal yang belum pernah dilihat atau didengar, atau belum pernah dilakukan oleh manusia lainnya, langsung dianggap tabu semua. Sekedar bertanya saja dilarang. Membahas sesuatu dimarahi. Ilmu pengetahuan dianggap sihir. Kemajuan teknologi dianggap racun. Dan terlalu banyak kontradiksi teori tentang hidup yang terlarang untuk dipertanyakan."
"Aku mengerti. Kalau aku, motivasi terbesarku adalah hidup bebas tanpa aturan baku yang mengatakan bahwa pola kehidupan kita harus sama dengan manusia lain di sekitar kita. Terlalu banyak pendapat dan ungkapan yang meskipun menurutku sangat  tidak rasional dan tidak masuk akal sehat, tetapi dipaksakan menjadi pedoman hidup dan pembenaran dalam kehidupan bermasyarakat. Masalahnya, justru akibat adanya aturan-aturan tak tertulis itulah kita menjadi lebih banyak mengalami kesulitan dan penderitaan. Aku ingin bisa menentukan cara hidupku sendiri."
"Ya. Aku mengerti."
"Oya, aku Maya. Kamu siapa ?"
"Aku Budi, Mbak."
Â