"Nggak, aku nggak takut.  Kalau mau berpikir ekstrim seperti itu, berarti kamu bisa juga berpikir kalau selama ini mungkin kita juga telah menjalani hal yang sama tanpa disadari. Jangan-jangan sejak kita baru dilahirkan, di dalam otak kita langsung diimplan microchip berisi program yang mengontrol kita tanpa sadar, lalu dijadikan bahan percobaan dan riset,  dan dimanfaatkan oleh  pihak tertentu. Siapapun tokoh di belakangnya.  Kalaupun saat ini belum, bisa saja di masa yang akan datang kita mengalami hal seperti itu. Jadi sama saja Rin, mau disini atau disana atau dimanapun. Kita sama-sama tidak tahu pasti apakah kita sedang dikontrol atau dimanfaatkan oleh pihak lain atau tidak."
"Ya kalau memang sama, kenapa harus jauh-jauh May ? Â Tetap disini aja lah."
"Aku ingin mencoba hal baru Rin. Saat sekarang, ya inilah yang kurasa membahagiakan. Memulai sesuatu yang baru dengan orang-orang baru yang kuperkirakan akan sejalan denganku. Â Soal umur dan nasib, dimanapun kita berada, kalau memang harus mati ya mati saja."
Â
Â
*****
"Pak, Budi mau pamit."
"Lho, baru datang kok langsung pamitan. Kamu nggak nginap dulu disini ? Â Kan sudah lama sekali kamu nggak pulang kampung."Â
"Iya maaf ya Pak. Soalnya kemarin-kemarin ini belum dapat jatah cuti dari kantor."
"Sekarang kok bisa ?"
"Sekarang kan Budi sudah resign Pak. Mengundurkan diri. Â Budi mau pindah."Â