"Ayaahh,” Andri kembali memeluk kakek tanpa mempedulikanku. “Ayah kenapa jadi seperti ini yah ? Ayaah…”
Aku menarik lagi lengan Andri. “Ndri ! Ini aku Sariii. Aku kan yang mengajak kamu kesini ! Kita kan tadi jalan bersama lewat jalan setapak ??” ujarku setengah berteriak.
Andri menyentakkan lengannya dan menatapku sambil mengerutkan kening.
“Apa sih maksud kamu ? Aku tadi datang kesini sendirian. Aku juga menemukan jalan setapak itu secara kebetulan. Dan aku nggak pernah kenal kamu tahu !” bentak Andri.
Aku tercengang.
“Sudah Sari !” ibu menarikku menjauh dari Andri. “Ini semua salah ibu... ibu minta maaf Sari…,” ujarnya sambil memandangku dengan mata berkaca-kaca.
“Dia bukan kakekmu Sari. Dia memang Pak Sardi, ayahnya Andri...."
Aku terdiam. Apa maksud ibu?
Andri melepaskan diri dari pelukan kakek kemudian berdiri dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
“Ada yang bisa menjelaskan, bagaimana ayah saya bisa sampai disini ? Dan kenapa kondisi ayah saya seperti ini ?” tanyanya dengan nada tegas.
“Maaf… biar ibu jelaskan,” kata ibu sambil mengusap matanya.