Beberapa langkah lagi aku akan sampai di gerbang masuk. Aku selamat ! Kulihat beberapa warga desa sedang duduk-duduk santai di teras rumah mereka.
Tetapi niat untuk berteriak minta tolong langsung kuurungkan saat melihat ekspresi keheranan di wajah mereka yang melihat kedatanganku dari jauh. Mereka hanya terlihat heran. Bukan takut.
Beberapa orang yang kemudian berpapasan denganku di jalanpun hanya menatapku dengan pandangan aneh. Padahal aku masih bisa merasakan keberadaan makhluk itu di belakangku. Tapi mengapa mereka semua melihatku seperti itu ? Tidak adakah diantara mereka yang bisa melihatnya ?
Aku berlari terus.
"Ibuuuu !!” jeritku setelah akhirnya sampai dirumah. Aku menghambur ke pelukan ibu yang sedang duduk di ruang tengah.
“Sari ! Ada apa ? Kamu dari mana ?” ibu bertanya dengan wajah cemas. “Kenapa bajumu basah semua begini ? Lututmu terluka !"
“Hantu itu buu ! Hantu bercahaya itu mengejar Sari ! Dia ada di sungai ! Dia mengejar Sari dari sungai sampai kesinii ! Sari takut buu !” aku menjerit-jerit histeris seraya menunjuk-nunjuk ke belakangku, ke arah pintu rumah yang masih terbuka.
Ibu menjulurkan kepala melihat keluar beberapa saat sambil tetap memelukku. Napasku masih tersengal-sengal. Dadaku terasa sakit.
“Sari….” Ibu mengusap-usap punggungku berusaha menenangkan. “Tidak ada yang mengejar kamu Sari..."
“Ada buu ! Tadi adaa ! Sari kan ketiduran di sungai sejak sore, terus waktu Sari bangun cahaya itu ada disitu, dan dia mengejar Sari sampai masuk ke desa. Benar kok bu, Sari nggak bohong !"
“Ssshh… iya.. iya. Ya sudah kamu tenangkan diri dulu. Ibu buatkan teh hangat ya,” ujar ibu sambil memapahku masuk ke kamar.