Akhirnya rombongan kami berhenti di depan rumahku.
Aku terheran-heran. Kenapa kerumahku ? Kukira kami hendak diajak berbicara di rumah Pak Kepala Desa.
Kulihat kakek sedang bersantai duduk di kursi goyangnya seperti biasa, tak melihat kehadiran kami. Ibu berjalan perlahan memasuki halaman rumah dan menghampiri kakek. Wajah ibu terlihat sangat tegang.
Lalu ibu menoleh ke arah Andri.
“Ini…. Pak Sardi.... ayahmu…”
Haa….? Apa ?
“Ini ayahmu, Andri….” ujar ibu lagi dengan wajah seperti hendak menangis. Sementara kakek masih terus saja menikmati ayunan kursi goyangnya.
Dengan ragu Andri melangkah perlahan mendekati kakek. Kemudian ia berlutut dan menengadah memandang wajah kakek. Menatapnya lama.
“A.. ayah…?” panggil Andri pelan.
Kakek menghentikan ayunannya.
“Ayah…?” Andri memanggil lagi.