Kenapa ya ibu tidak berusaha membuat rumah kami menjadi lebih nyaman ? Mengganti atap dengan genteng mungkin ? Atau mengganti dinding rumah dengan batu bata ?
Dan kenapa ya ibu sangat antipati terhadap hal-hal yang modern ? Ibu tidak suka aku kuliah, tidak suka dengan gaya berpakaian dan tidak suka cara bicaraku.Â
Yah sebenarnya bukan ibu saja sih. Semua orang di desa juga sepertinya menganggap keputusanku untuk menuntut ilmu di bangku kuliah adalah sebuah hal yang tidak perlu. Hal itu terlihat jelas dari tatapan tidak suka mereka setiap melihatku pulang pergi ke kampus.
Tapi anehnya, kalau ibu tidak setuju, kenapa sejak awal ibu mau membiayai kuliahku dari uang peninggalan mendiang bapak ? Mungkin karena ibu merasa kasihan padaku yang saat itu sedang sedih karena ditinggal oleh bapak ?Â
Entahlah...
Â
GLAARRR !!Â
Suara petir yang sangat keras membuatku tersentak bangun. Kukerjap-kerjapkan kelopak mataku yang lengket lalu melirik jam di tangan yang menunjuk ke angka empat. Ternyata masih pagi sekali.Â
Kuintip keluar melalui celah di dinding kamar. Hujan masih turun dengan deras. Dibalik cahaya kilat yang menghiasi gelapnya langit, nampak jelas siluet  puncak gunung Nawang yang berdiri gagah seolah tak takut pada petir yang saling berlomba ingin menyambar tubuhnya.
Pemandangan yang mengerikan, batinku seraya menarik ujung selimut yang tersingkap, berniat hendak melanjutkan tidur.
Tapi tunggu dulu ..… apa itu ?