“Naah, berarti ibu pernah dengar kan ?” sahutku cepat melihat reaksi ibu.
“Minema itu, memangnya suka menculik manusia ya bu ?”
Derit suara kursi goyang kakek mendadak berhenti. Ibu melirik sekilas ke arah kakek.
“Sudah Sari. Tidak usah membicarakan hal-hal seperti itu,” tukas ibu sambil mengernyitkan kening.
“Aah ibu selalu begitu deh. Bu, beberapa malam yang lalu waktu hujan itu, Sari kan lihat. Sari takut sekali waktu itu, tapi ibu malah nggak percaya. Sari lihat kok bu, ada cahaya putih berterbangan di puncak gunung, lalu mereka terbang turun dan mendarat di jalan utama desa kita ini. Apa itu yang namanya minema ya ? Iya ya bu ?" berondongku dengan suara semakin kencang.
“Hentikan ocehanmu itu Sari !!" bentak Ibu dengan suara keras, "Dan jangan pernah bicara soal itu lagi !!"
Aku terhenyak. Wajah Ibu terlihat sangat marah. Belum pernah kulihat ibu semarah ini.
Lalu tanpa berkata apa-apa lagi ibu melangkah pergi meninggalkan ruangan. Aku hanya bisa terdiam ditemani derit suara kursi goyang kakek yang kembali terdengar.
Ughh !! Kulampiaskan kekesalanku pada kerikil-kerikil kecil yang bertebaran di sepanjang jalan. Kenapa sih ibu harus semarah itu waktu kutanya soal minema ? Apa aku sudah mengucapkan sesuatu yang ditabukan di desa ini ? Tapi kalau itu memang hal yang tabu, kenapa aku tidak pernah mendengar soal itu sebelumnya ?
Sedih rasanya. Dulu ibu tidak begitu. Kami tertawa dan bercanda setiap hari. Ibu selalu ceria, sabar, dan tidak mudah marah. Tetapi sekarang….