Ibu menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan keras. Aku menoleh.
“Kuliah apa sih ….. ,” ujar ibu pelan tanpa melihatku. Duh, mulai deh, keluhku dalam hati.
“Kuliah bahasa inggris bu, jam 9. Setelah itu manajemen dasar dan sosiologi,” aku menjelaskan dengan sabar.
Ibu hanya diam.
“Sari berangkat ya bu,” pamitku kemudian dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban ibu lagi.
Aku berjalan tergesa keluar dari rumah. Aroma rumput dan tanah basah sisa hujan semalam terasa sangat menyegarkan. Tampak beberapa orang laki-laki berjalan berlawanan arah denganku sambil membawa peralatan bertani dan berkebun. Mereka menuju ke area persawahan dan perkebunan yang letaknya sedikit lebih naik lagi ke atas gunung.
Beberapa anak kecil yang sedang bermain kelereng menolehkan kepalanya. Aku tersenyum pada mereka. Seorang remaja laki-laki yang membawa seikat ranting kering melewatiku sambil mencuri pandang. Dua orang anak perempuan yang sedang duduk di halaman depan sebuah rumah memperhatikanku melalui sudut matanya dan segera saling berbisik setelah aku melewati mereka beberapa langkah.
Ah cuek sajalah, pikirku. Mereka semua memang tidak akan pernah bisa mengerti dengan apa yang kulakukan. Lihat orang pakai celana jeans, t-shirt dan sepatu saja sudah seperti melihat makhluk aneh dari planet lain. Bagaimana kalau kuajak berdiskusi soal pendidikan dan karier? Dijamin nggak bakal nyambung deh.
“Mau kemana Sari ?” tanya seseorang dari belakang. Aku menoleh.
“Hai Gung !” sahutku. Ternyata Agung, teman mainku sejak kecil. Ia membawa sekarung kecil daun-daunan segar yang sepertinya baru dipetiknya dari kebun.