Dan akhirnya kedua sosok cahaya itu berhenti di ujung jalan utama desa dan melayang di udara. Kira-kira setengah meter diatas tanah.
Aku tidak dapat melihat bentuk apapun di balik cahaya menyilaukan itu. Tapi aku yakin ukurannya terlalu besar untuk seekor burung, apalagi lebah.
Kemudian mereka mulai bergerak perlahan. Melayang rendah menyusuri jalan. Seperti burung bangkai yang sedang mengincar mangsa. Seperti …. hantu.
Dengan ketakutan, aku melompat dari tempat tidur dan menghambur keluar kamar. Dan berlari masuk ke kamar ibu.
"Ibuuu !!” teriakku sambil mendaratkan tubuh di samping ibu.
“Ada apa Sari ?” ibu terbangun kaget dan membuka matanya sedikit.
“Ada hantu buu, diluaarr. Mereka menuju ke siniii !” ujarku gemetaran.
“Aah, kamu bermimpi,” sahut ibu sambil merebahkan kepalanya kembali ke bantal.
“Nggak bu, Sari nggak mimpii. Hantu itu tadi beterbangan di puncak gunung. Setelah itu mereka turun ke desa ini bu, mereka ada diluar, sedang menuju kesinii…!” aku ngotot berusaha membuat ibu mau bangun.
“Kamu cuma mimpi Sari….,” ibu menjawab lagi tanpa membuka mata.
“Aduuh ibuu, Sari nggak mimpi buu….”