“Mau kuliah dong,” jawabku ringan sambil menyamai langkahnya.
“Hmm….” Agung bergumam pelan. Ia menatapku dari samping agak lama. Entah apa yang sedang dicermatinya.
“Kamu mau kemana ?” tanyaku pura-pura tak peduli dengan tatapannya.
“Mau pulang, ini sudah ditunggu sama ibu,” Agung menunjuk barang bawaannya.
“Ooh…. Kalau begitu aku duluan ya Gung, sudah terlambat nih,” ujarku sambil melambai dan mempercepat langkah meninggalkan Agung.
Maafkan aku ya Gung, batinku merasa bersalah. Dulu kita memang sangat akrab. Main bersama, kemana-mana bersama. Tetapi sekarang jalan kita sudah berbeda. Aku tidak mau terkurung di desa ini terus seumur hidup.
Angkot yang kunaiki berjalan perlahan menuruni jalur pegunungan menuju ke kota. Seperti biasa, aku menjadi penumpang pertama.
Cuaca hari ini sangat cerah. Warna biru muda puncak gunung Nawang yang diselimuti awan putih terlihat sangat cantik dari bawah sini.
Tapi ..... cahaya-cahaya yang kulihat semalam itu apa ya ? Aku yakin sekali tidak sedang bermimpi. Apa mereka sejenis binatang ? Sepertinya bukan. Masa hantu sih ? Hiiih … Mudah-mudahan juga bukan.