"Ada yang ngeledakin kilang minyak?" tanya Jiyoon.
"Gak tahu, Yoon. Pokoknya ikut gue. Gue juga gak tahu siapa pelakunya," kata Jake. Dia dan Jiyoon pun beranjak pergi.
Sementara itu, di Thetavi...
"Kenapa?" tanya Profesor Cedar kepada Isa yang tampak sedih. Isa hanya diam sambil menahan air matanya.
"Sakit?" tanya Profesor Cedar lagi. Isa menggeleng kuat dan tetap diam.
"Berantem sama Jiyoon?" tanya Profesor Cedar lagi. Isa tidak menjawab.
"Dengar sini, Is. Papa mau ngomong sama kamu," kata Profesor Cedar yang menyerah. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, "Kamu anak papa yang paling kuat. Di antara semua orang yang papa kenal, yang paling kuat cuma satu, kamu. Kamu anak papa yang tegar. Mampu memperjuangkan semuanya sendiri. Papa cuma punya dua anak perempuan, tapi putri bungsu papa ini yang paling kuat bagi papa."
Isa tetap diam. Dia diam seribu bahasa.
"Jadi kalo kamu tidak bisa katakan apa pun itu masalah kamu, papa cuma bisa pesan satu, Is," kata Profesor Cedar. "Hadepin. Hadepin seperti apa yang Isa lakuin dulu."
Profesor Cedar kemudian membelai rambut panjang Isa dengan lembut. Dia mengatakan, "Jangan percaya sama orang lain. Percaya sama diri kamu sendiri." Isa merasa nyaman rambutnya dibelai sang papa. Kemudian Profesor Cedar berbisik mengatakan, "Papa sayang sama Isa."
"Pa," kata Isa.