Aku lipat sajadahku, sebenarnya aku masih ingin mengaji, memohon pertolongan sama gusti Alloh, hanya Gusti Alloh yang bisa menyelamatkanku saat ini. Aku berjalan ke pintu kamar, kutarik nafas dalam-dalam agar Wisnu tak curiga aku sudah mengetahui yang sebenarnya.
"Sorry Rend, Mobilmu aku pakai sebentar tadi ke kota, ada yang harus aku beli, gimana sudah membaikkah dirimu?"
Wisnu menatapku, memberikan kunci mobil kepadaku.
"Nu, Maaf kayanya aku harus pamit sekarang, besok aku sudah harus balik ke Jakarta, aku harus balik ke hotel terlebih dahulu untuk mengambil barang-barang yang masih tertinggal di sana!"
"Sudah malam Rend, apa gak sebaiknya besok saja? Disini kalau habis magrib jalanan agak sepi loh!"
Wisnu mencoba membujukku agar aku mau bermalam dirumahnya, tentu saja itu tidak terfikir olehku, bagaimana juga aku harus keluar dari rumah angker ini..
"Gak apa-apalah Nu, aku nyetirnya pelan-pelan saja, terima kasih ya atas jamuannya, maaf kalau aku merepotkan!"
Aku mencoba basa basi, kujabat erat tangan Wisnu, tangannya dingin, sedingin sikapnya yang ternyata seorang "Psikopat" hanya saja aku mencoba untuk tenang. Aku berjalan keluar dari kamar, di ikuti oleh langkah Wisnu di belakangku.
"Rend.. "
Tiba-tiba Wisnu memanggil namaku kembali, seketika badanku kembali lemas, aku khawatir Wisnu mengetahui aku sudah memasuki rumah kecil di halaman belakangnya. Aku menghentikan langkahku, ku balikkan badanku menghadap ke Wisnu yang masih berdiri di belakangku.
"Iya, kenapa Nu..? "