Mohon tunggu...
YoumiSr
YoumiSr Mohon Tunggu... -

I like writing what come to my mind 💻

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal Sang Penolong

14 Februari 2019   20:18 Diperbarui: 14 Februari 2019   20:49 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

Aku kembali mencoba tenang, seakan aku tidak menunjukkan rasa takutku, padahal setengah mati rasa takut ini, melihat Wisnu lebih menyeramkan daripada melihat wanita berbaju coklat tadi.

"Kamu tahu? Aku banyak berhutang budi kepadamu, dulu jaman kita sekolah hanya kamu yang mau berkawan denganku, yang lain selalu menghinaku, mengejekku, hanya karena aku dekil, miskin, bahkan kamu tau dulu kupingku berair alias congean saking jeleknya aku, miskinnya aku, mana pernah aku mau memperdulikan penampilanku semasa SMP dulu!"

Wisnu terdiam, suaranya datar namun terdengar penuh dendam.

"Tapi kamu, masih mau dan sudi berteman denganku, padahal dulu ibuku saja menjadi buruh cuci di rumah orang tuamu!"

Kembali Wisnu terdiam, matanya menerawang seakan ada memori yang di ingatnya, aku mencoba mendengarkan mungkin Wisnu hanya ingin meluapkan sedikit perasaannya.

"Bahkan ketika aku dikelas terkulai lemas karena belum sarapan bahkan makan dari sehari sebelumnya, kamu satu-satunya temen dikelas yang mentraktirku, kamu ajak aku ke kantin sekolah, untuk memakan semua apa yang ingin aku makan, dan gorengan dikantin Bang Ijal dalam sekejap habis olehku, kamu tau? Tidak semua gorengan itu aku makan, sebagian aku bungkus untuk adik-adikku dan ibuku!"

Wisnu menundukkan pandangannya, terdengar suaranya kian lirih, bisa jadi di saat Wisnu menundukkan kepalanya dia meneteskan air mata.

"Sudah Nu, tak usah di ingat kembali, aku tulus berteman denganmu, aku pamit ya!"

Aku mendekati Wisnu, ku tepuk bahunya.

"Rend.. Maafkan aku kalau pada akhirnya aku tidak bisa membalas kebaikanmu, aku hanya ingin menikmati hidupku saat ini!"

Aku menuju garasi mobil, ku starter mobilku, cuaca semakin gelap, pintu gerbang besar itu terbuka dengan sendirinya, aku melambaikan tanganku dari jendela mobil ke arah Wisnu yang masih berdiri menatap kepergianku, dari kaca spion kembali aku melihat sosok wanita berbaju coklat itu, berdiri tepat di belakang Wisnu, wanita itu tersenyum seakan mengucapkan sesuatu, tapi entah apa? Aku juga melihat tuyul-tuyul berkuping lancip itu, sebagian pada bergelayut di pundak Wisnu, ada yang sebagian menjilat-jilat mobil mewah Wisnu seakan mereka senang bekerja untuk majikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun