Mohon tunggu...
YoumiSr
YoumiSr Mohon Tunggu... -

I like writing what come to my mind 💻

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal Sang Penolong

14 Februari 2019   20:18 Diperbarui: 14 Februari 2019   20:49 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

Wisnu langsung merangkul bahuku, untuk mengajak aku masuk ke dalam rumahnya, ruangan pertama yang aku masuki adalah ruang tamu dengan kursi-kursi jati yang sangat kokoh juga lemari yang memajang beberapa guci-guci yang terlihat antik dan pastinya sangat mahal.

"Hebat kamu Nu, bisa sesukses ini!"

Aku semakin berdecak kagum memasuki rumah Wisnu dan melihat dengan detail setiap perabotan yang ada di dalam rumahnya.

"Ah Biasa saja Rend, ini belum seberapa!"

Wisnu tersenyum ke arahku, mempersilahkan aku untuk duduk di kursi meja makan yang kursi-kursinya terbuat dari jati bergaya klasik.
Kembali aku melihat sosok wanita berbaju coklat tadi sekelebat seperti berjalan dengan cepat dari arah dapur ke halaman belakang, wajahnya menunduk aku merasa istri Wisnu seorang yang sangat pemalu.

"Hayuk Rend sarapan dulu, kamu pasti laperkan, tadi pagi niat mau cari sarapan malah aku suruh cari alamat rumahku!"

Wisnu tertawa kecil, mataku masih tertuju kehalaman belakang yang terlihat sangat luas, halaman itu terlihat dengan jelas dari ruang makan meski terhalang oleh dingding berkaca besar dan sebagian tertutup gorden.

"Istrimu mana? Anak-anakmu?"

Aku bertanya kepada Wisnu yang tengah asik mengambil sepotong surabi dan sesekali meminum kopi hitamnya yang terlihat berwarna pekat. Tidak berapa lama aku bertanya seperti itu aku melihat sosok anak kecil seperti anak bayi berusia 10 bulan, tapi seperti berlari kesana kemari di halaman belakang rumah Wisnu yang memang terlihat masih luas. Bukankah kalau anak bayi 10 bulan baru bisa merangkak? Aku bertanya dalam hatiku sendiri? Atau memang anak-anak balita sekarang lebih cepat dalam pertumbuhan? Ah ngerti apa aku tentang balita? Menikah saja belum, bisik ku dalam hati.

"Dimakan Rend, jangan bengong saja dong?"

Suara Wisnu mengagetkan lamunanku, mataku yang selalu menuju ke halaman belakang, membuat aku penasaran ada apakah di sana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun