Feri menatapku, aku terus dan terus menunduk.
"Kenapa? Apa karna ada gue disini ?"
Ema menyela
"Ma, please bisa gak sih lo gak usah emosi begini "
Aku mulai jengkel dengan sifat Ema.
"Gak apa-apa Mit, Ema hanya terlalu sayang padamu, dia tidak ingin kamu tersakiti !"
Feri mencoba mencairkan suasana
"Gue beli rokok dulu Mit !"
Ema beranjak dari kursinya, meninggalkan aku dengan Feri berdua, kafepun mulai ramai menjelang makan siang. Feri menggeser posisi duduknya di tempat Ema duduk, kini aku dengan Feri saling berhadapan, detak jantungku semakin cepat, keringat membasahi tanganku, entah Feri menyadari atau tidak kalau aku semakin merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini.
"Mit, sekali lagi aku minta maaf, aku mungkin salah telah hadir dalam hidupmu, entah kenapa pertama kali aku melihatmu, aku sungguh-sungguh jatuh hati kepadamu, mungkin saat itu aku terlalu terburu-buru untuk jatuh cinta kepadamu, tapi nyatanya itulah yang aku rasakan. "
Feri menggenggam tanganku, aku terus menunduk tak terasa ada bulir air mata jatuh ke pipiku.