Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Papa Koma (Lanjutan)

2 Februari 2018   02:12 Diperbarui: 2 Februari 2018   02:45 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa yang ke Amerika, Pa?" Makin sedih saya melihat keadaan Papa.

"Coba lihat kamar rumah sakit ini, Yo. Tidak ada bedanya dengan kamar rumah sakit di Cipto Mangunkusumo. Percuma kita jauh-jauh datang ke Amerika," kata Papa lagi semakin membingungkan.

Dengan perlahan saya berdiri lalu memegang tangan Papa sambil menangis terisak-isak, "Papa, kita masih di Rumah Sakit Cipto. Kita belum pergi ke Amerika. Nanti kalau Papa sudah kuat, Yoyo janji akan mengantarkan Papa ke sana dan menemani Papa sampai sembuh."

Papa menatap saya dengan pandangan aneh. Mendadak dia berusaha melepaskan tangannya tapi saya bertahan dan memaksa untuk terus menggenggamnya.

"Eh, Suster. Saya mau disuntik lagi ya?" Papa semakin linglung.

"Papa, ini Yoyo, Pa. Bukan suster," ucap saya dengan suara nelangsa.

"Suster, anak saya di mana tadi? Namanya Yoyo. Dia tadi di sini. Tolong carikan ya, Suster," Papa mulai meracau.

"Ini Yoyo, Papa!" kata saya dengan air mata semakin meluap.

"Yoyo!! Kamu di mana? Yoyo..!!! Yoyoooo...!!!!" Papa terus memanggil-manggil saya yang berada persis di sebelahnya.

Keesokan harinya, Mama, A Koh dan saya menemui dokter untuk menanyakan kondisi Papa yang semakin lama semakin kehilangan kesadarannya.

"Baiklah, Ibu. Sekarang saya akan menjelaskan keadaan suami Ibu," kata Dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun