Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Papa Koma (Lanjutan)

2 Februari 2018   02:12 Diperbarui: 2 Februari 2018   02:45 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, Papa."

"Tuhan itu maha adil. Akan datang saat di mana kamu berkesempatan untuk membalas jasanya Cindy."

"Iya, Yoyo juga mempercayai itu," jawab saya.

"Kamu harus peka karena kesempatan itu tidak datang setiap hari. Dan ketika hari itu tiba, apapun permintaan Cindy kamu harus berusaha memenuhinya."

Luar biasa sekali ya, Papa saya? Setelah percakapan itu, saya tidak lagi kesal pada Papa. Saya menyadari bahwa Papa ternyata seorang Ayah yang sangat memperhatikan anaknya. Walaupun caranya memberi perhatian tidak lazim seperti orangtua pada umumnya.

Napsu makan Papa sama sekali tidak ada. Dengan gerakan tangan dia memberi syarat untuk menyudahi makan malamnya. Saya pun tidak memaksa.

Pikiran saya masih dipenuhi oleh omongan Papa barusan. Tidak saya sangka sama sekali bahwa Papa selalu mendoakan Cindy. Sejak hari pertama saya pulang ke Jakarta dari Amerika, Papa tidak pernah bertanya kenapa saya hamil. Tidak bertanya apakah Ernest adalah ayah dari anak saya. Tidak pernah bertanya apa rencana saya dan Ernest ke depannya.

Hari ini saya baru tau bahwa Papa tidak pernah bertanya bukan karena tidak peduli. Setiap hari mendoakan Cindy dan Mark adalah bukti bahwa Papa justru sangat peduli.

Papa sayang dan dekat sekali dengan cucunya, di dalam hati tentu dia ingin kepastian dari saya, siapa ayah dari cucunya. Dan hebatnya, dia sama sekali tidak bertanya. Semakin dipikir saya semakin kagum pada Papa. Sikap Papa membuat saya menyadari bahwa kadang rasa cinta sering terekspresikan dengan ketidakacuhan.

Sehabis makan, Papa tertidur. Dan saya menenggelamkan diri dalam buku The Other Side of Midnight, karya Sydney Sheldon. Sebuah buku yang bercerita tentang seorang perempuan Perancis yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari laki-laki yang dia cintai. Lelaki pujaannya itu adalah seorang pilot Amerika di masa perang dunia kedua.

Jam 3 pagi, Papa terbangun. Napasnya tersengal-sengal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun