Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Papa Muntah Darah

25 Januari 2018   14:24 Diperbarui: 25 Januari 2018   14:31 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nggak, Yo. Papa mau rebahan aja sebentar."

"Papa nggak apa-apa? Papa nggak sakit kan?" tanya saya melihat dia terlihat lemas.

"Eggak apa-apa. Cuma rasanya agak mual aja. Kayak mau muntah."

"Oh, mungkin masuk angin. Yoyo bikinin teh tawar ya, biar mualnya berkurang."

Tanpa menunggu jawaban, saya langsung menuju dapur untuk membuatkannya teh. Namun tiba-tiba Papa melompat dari kursi malas dan berlari ke arah washtafel.

"Hueeeek....!!!!" Papa muntah.

Saya menghampiri dan memijit-mijit punggung dan leher supaya muntahnya ke luar semua. Biasanya kalo semua isi perut dikeluarkan, kita akan mejadi lebih lega. Soal perut kosong nanti gampang untuk diisi kembali.

"Hueeeek...!!!" Kembali Papa muntah dengan hebat dan kali ini banyak sekali sepertinya seluruh isi perutnya langsung pindah ke washtafel.

Sehabis minum teh pahit, saya baluri punggung dan dadanya dengan minyak kayu putih. Sementara Papa sibuk menyalakan kran air untuk membersihkan bekas muntahnya di washtafel.

"Papa!!!!!" Saya berteriak kaget.

"Kenapa, Yo?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun