"Siapa yang Pak Yo bawa, nih? Kok cantik amat?" tanya salah seorang.
"Kalian jangan coba-coba menggoda dia, ya! Ini pacar saya yang baru," kata Papa bercanda sambil merangkul dan mencium pipi saya sebelum mengenalkan anaknya pada semua yang hadir.
"Wah, anak Pak Yo sudah besar begini kok baru sekarang dibawa? Ayo silakan duduk," kata seseorang yang belakangan saya tau namanya Pak Lie. Rupanya Pak Lie adalah pemilik rumah tersebut. Sedangkan dua orang yang lain namanya Pak Wong dan Pak Kim.
"Yoyo, kamu mau minum apa?" tanya Pak Lie.
"Air putih saja, Om," sahut saya lalu menempatkan diri di sebelah Papa.
Seorang pembantu mengeluarkan minuman dan camilan untuk kami semua.
"Okay, makanan dan minuman sudah lengkap, mari kita main. Yes?" teriak Pak Lie mengangkat tangannya dengan telapak terkepal.
"Yes! Main! Main!! Main!!! YESS!!!" sahut yang lain berbarengan, semuanya juga mengangkat tangan dengan telapak terkepal di udara persis seperti gerakan Pak Lie barusan. Geli juga saya melihat kelompok orang-orang tua itu punya yell segala.
Tidak lama kemudian ke empat orang itu mengelilingi sebuah meja dan mengeluarkan sebuah alat permainan. Rupanya ini kelompok Papa bermain mahyong. A Koh memang pernah cerita bahwa Papa punya kelompok yang kegiatannya spesial bermain mahyong.
Saya menarik bangku dan duduk menggelendot di sebelah Papa. Kepala saya rebahkan di pundaknya sementara Papa mulai membagi-bagikan kepingan Mahyong ke semua orang.
Melihat kelakuan saya, Pak Lie langsung komentar, "Hadoh! Ini Yoyo sudah besar tapi masih kolokan aja sama Papanya?"