Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Papa Muntah Darah

25 Januari 2018   14:24 Diperbarui: 25 Januari 2018   14:31 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya nih. Kalau orang yang nggak kenal pasti nyangkanya kalian lagi pacaran," Pak Kim ikut menimbrung.

"Dia memang bukan cuma Papa saya. Dia juga pacar saya." Dengan spontan saya menyambung becandaan tersebut seraya merangkul dan mencium Papa.

Semua teman Papa terkesima melihat kedekatan kami berdua. Geli juga saya melihat paras mereka yang terbengong-bengong melihat kemesraan kami.

"Pak Yo, kasih tau gimana caranya bisa dekat sama Yoyo? Anak saya boro-boro diajak pergi, diajak ngomong aja mereka udah males-malesan jawabnya," celetuk Pak Kim langsung curhat.

"Iya, Pak Yo. Anak saya mau ngomong sama Bapaknya cuma kalo minta uang. Kasih tau dong apa resepnya biar anak saya bisa seperti Yoyo," kata Pak Wong tidak mau kalah.

Papa tersenyum lalu berkata pada mereka, "Caranya gampang. kalian serius mau tau rahasianya?"

"Mauuuu..." Serempak mereka menjawab.

Dengan gaya jual mahal, Papa tidak segera menjawab, dia berakting seakan sedang berpikir lalu berkata lagi, "Saya membelikan mobil mewah untuk dipakai Yoyo sehari-hari. Selain itu, saya juga membelikan dia perhiasan, tas mahal, sepatu, apartemen, jet ski dan deposito yang jumlahnya tidak bisa dia habiskan saking besarnya."

"Uuuuuuh...!!!" Semua teman Papa seperti paduan suara mencemooh omongan Papa.

"Ayo dong, Pak Yo. Ceritakan dong. Kami kan juga kepingin dekat sama anak-anak kami," kata Pak Wong lagi.

"Kalian mau konsultasi keluarga apa main mahyong? Kita main, yes?" Seperti Pak Lie tadi, Papa bertanya sambil mengepalkan tangannya ke udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun