"Nggak, Yo. Papa mau rebahan aja sebentar."
"Papa nggak apa-apa? Papa nggak sakit kan?" tanya saya melihat dia terlihat lemas.
"Eggak apa-apa. Cuma rasanya agak mual aja. Kayak mau muntah."
"Oh, mungkin masuk angin. Yoyo bikinin teh tawar ya, biar mualnya berkurang."
Tanpa menunggu jawaban, saya langsung menuju dapur untuk membuatkannya teh. Namun tiba-tiba Papa melompat dari kursi malas dan berlari ke arah washtafel.
"Hueeeek....!!!!" Papa muntah.
Saya menghampiri dan memijit-mijit punggung dan leher supaya muntahnya ke luar semua. Biasanya kalo semua isi perut dikeluarkan, kita akan mejadi lebih lega. Soal perut kosong nanti gampang untuk diisi kembali.
"Hueeeek...!!!" Kembali Papa muntah dengan hebat dan kali ini banyak sekali sepertinya seluruh isi perutnya langsung pindah ke washtafel.
Sehabis minum teh pahit, saya baluri punggung dan dadanya dengan minyak kayu putih. Sementara Papa sibuk menyalakan kran air untuk membersihkan bekas muntahnya di washtafel.
"Papa!!!!!" Saya berteriak kaget.
"Kenapa, Yo?"