"Semua nelayan tidak mempunyai masalah dengan keseragaman itu. Semuanya happy karena bisa hidup damai tanpa iri hati di antara mereka."
"Setuju! Apa yang perlu dibuat iri hati kalau semuanya sama," sahut saya memperkuat argumen itu.
"Sampai akhirnya muncul problem yang sama sekali tidak pernah diperhitungkan sebelumnya."
"Apa masalahnya?" tanya saya.
"Setiap weekend, para nelayan mempunyai kebiasaan berkumpul di bar dan bermabuk-mabukan. Setelah lewat tengah malam, mereka pun pulang dengan berjalan kaki. Rumah mereka memang letaknya tidak jauh dari tempat mereka hang out."
Raoul ternyata seorang storyteller yang hebat. Saya langsung larut dalam ceritanya.
"Namun karena semua rumah tampak sama, banyak yang keliru mengenali rumahnya sendiri. Di sinilah persoalan dimulai."
"Oh ya? Hihihi...bisa dimengerti. Mereka habis minum, kan?" sela saya.
"Beberapa kali terjadi seorang nelayan terbangun di pagi hari dan baru menyadari bahwa dia tidak sedang berada di rumahnya."
"Hihihihihihihihi..." Saya terkekeh geli mendengar cerita tingkah nelayan itu. Saya dapat membayangkan peristiwa itu dengan baik karena Raoul bercerita sambil berakting sesuai dengan tokoh yang sedang dia ceritakan.
"Bahkan karena terlalu mabuk, pernah terjadi seorang nelayan nyelonong ke rumah orang lain dan langsung masuk ke kamar tidur."