Noah terdiam melihat tanggapan itu, tidak tahu harus mengatakan apa.
"Noy, gambarku.. emang sejelek itu ya?"
"Apa? Tidak! Gambarmu bagus kok Fin! Jangan dengarkan kata-kata orang itu," jawab Noah khawatir. Finn terlihat seperti... bukan Finn biasanya, dia menjadi lebih pesimis dan tidak terlihat bersemangat sama sekali.
"Kalau memang jelek bilang aja, Noy. Biar aku bisa berhenti lebih awal.."
"Finn.." Noah lalu menghela napas lembut, langkah terbaik saat ini adalah membuat sahabat karibnya ini menjadi positif kembali.Â
"Coba ingat lagi, kenapa kamu mulai menggambar?"
"..karena aku ingin.. jadi seniman," jawab Finn lirih.
"Iya, aku ingat kamu bilang itu saat kelas 4 SD. Lalu? Kamu ingin menghancurkan impian anak berumur 9 tahun itu? Cuma gara-gara beberapa kata ejekan?"
Finn tertegun mendengar itu, benar juga.. dia menggambar bukan agar diakui oleh teman-temannya. Ini bukan hal yang sesederhana seperti ingin dipuji oleh teman, ini adalah cita-citanya menjadi seorang seniman.Â
"Lupakan soal kata-kata tak berarti itu. Jangan lupakan juga janjimu, kita janji keliling paris bersama kan? Bukan sebagai pelajar lagi, tapi sebagai seorang seniman terkenal dan seorang dokter yang telah sukses," ia tersenyum saat mengatakan itu, berharap Finn kembali bersemangat lagi untuk mencapai cita-citanya.
"Kamu benar.."