"Kamu gak boleh bilang gitu, Cia.." balas Noah, dari nadanya sudah jelas Noah sudah mulai kesal. Dia memang kurang suka dengan kepribadian Cia, sombong, dan suka merendahkan orang lain.Â
"Aku cuma bilang kenyataannya, kok. Nanti dulu ya, Buk Mera juga udah datang," balas Cia santai.
Noah hanya bisa menatap Cia kembali ke tempat duduknya. Dia kesal, kesal pada semua orang yang merendahkan Finn. Karena dia tahu semua perjuangan Finn selama ini, dia tahu Finn serius dengan cita-citanya.Â
Namun dia teringat kata-kata ayahnya, marah bukanlah cara untuk menghadapi masalah. Dia akan selalu berpegang teguh dengan kata-kata itu, tidak membiarkan amarahnya mengendalikannya.
"Finn gimana ya.., dia pasti udah baca obrolan itu.."
---------------------------------------------------------
Setelah pulang dari les, Noah langsung pergi menuju rumah sakit dengan sepeda kesayangannya. Kali ini dengan tergesa-gesa, dia benar-benar khawatir dengan tanggapan Finn mengenai obrolan yang menyakitkan itu.
"Finn!" sorak Noah setelah tiba di kamar inapnya, seperti biasa ibu Finn tidak ada di sana karena bekerja. Ayahnya kadang juga pergi ke bengkel untuk mengerjakan pesanan pelanggan, sedangkan Nicco sedang di sekolah, jadi tidak ada orang di sana.
"Noy..? Kok tergesa-gesa gitu..?" Tanya Finn heran.
"Kamu udah lihat?" Tanya Noah, tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"...Yang isi chat grup kelas...?" perlahan Finn menganggukkan kepalanya.