Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Leo Tolstoy: Tuhan Membenarkan dengan Menguji Ketabahan Hati

9 Oktober 2024   15:06 Diperbarui: 9 Oktober 2024   15:19 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan Aksionov bertemu dengan seorang pedagang kenalannya. Mereka menginap di losmen yang sama. Mereka minum teh dan kemudian tidur di kamar bersebelahan.

Keesokan harinya, setelah membayar bonnya ia berangkat sebelum fajar.

Setelah menempuh jarak sekitar duapuluh lima mil, ia berhenti untuk memberi makan kuda-kudanya dan beristirahat sebentar.

Tiba-tiba sebuah kereta yang ditarik tiga kuda mendekat padanya. Seorang petugas bersama dua tentara menghampiri Aksionov dan menyelidikinya dengan saksama:

"Di mana kamu melewatkan tadi malam? Sendirian atau bersama seorang kawan pedagang? Apakah kamu melihat pedagang itu pagi ini? Mengapa kamu meninggalkan losmen itu sebelum fajar?"

Aksionov menjawab semua pertanyaan itu dengan benar dan rinci.

Kemudian seorang polisi berkata: "Saya seorang polisi wilayah ini, dan perlu menanyai kamu, karena pedagang yang bermalam bersamamu itu ditemukan tewas dengan tenggorokan putus. Kami harus menggeledah barang-barangmu."

Mereka masuk ke kedai itu. Kedua tentara dan polisi melepaskan tali bawaan Aksionov dan memeriksanya. Tiba-tiba polisi menarik sebuah pisau dari tas Aksionov dan berseru: "Pisau ini milik siapa?"

Aksionov melihat dan menyaksikan sebuah pisau dengan bercak darah dikeluarkan dari tasnya. Dia terpana campur ketakutan.

Aksionov dituduh telah membunuh dan mencuri uang pedagang itu sebanyak dua puluh ribu rubel. Alat buktinya jelas, pisau dengan bercak darah terdapat dalam tasnya.

Meskipun Aksionov bersumpah bahwa ia tak melakukan itu. Pisau itu pun bukan miliknya.

Singkat cerita, polisi menyuruh kedua tentara memborgol Aksionov dan menggiringnya ke kereta. Waktu mereka mengikat kakinya dan menggelundungnya ke dalam kereta, Aksionov membuat tanda salib dan menangis.

Ketika polisi dan tentara, juga istrinya menanyainya, ia berpikir bahwa semua orang telah mencurigainya, maka ia berkesimpulan: 

"Sepertinya hanya Tuhanlah yang mengetahui kebenaran. KepadaNya saja kita harus memohon. Dari Dia saja aku berharap belaskasih."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun