Akita cepat sekali tertidur, sedang aku justru tak bisa tidur, selain tanganku mulai keram ditindih badannya, aku juga sadar, pundak ini selama ini hanya disandari Lisa, malam ini menjadi sandaran wanita lain. Aku cemas, apakah aku sudah menyemai bunga di hati Akita, aku tak mau menyakitinya atau Lisa.
Mati aku, Akita sudah bangun, menyadarkan separuh badannya padaku, yang lebih membuatku cemas adalah dia sedang memandangiku, entah sejak kapan. Aku pun pura-pura biasa saja.
"Kamu udah bangun?" sambil sedikit mengerakkan badanku, tanda agar dia segera menyingkir.
--
Sejak saat itu, justru apa yang tak ku harapkan terjadi. Setelah projectkami selesai, tak pernah lagi kami bertemu. Aku hanya sanggup melihat instastory tanpa berani menghubunginya. Pernah suatu kali aku mengajaknya jogging,semata untuk mengembalikan perasaanku bersama almarhum, agar aku segera menyelesaikan novel tentangnya.Â
Untunglah ia mengerti bahwa kini aku sudah dengan Lisa dan tetap akan dengan Lisa. Ia pun tak mencoba-coba menebar harum bunga asmara. Biarpun kami tak lagi bertemu, aku yakin sudah meninggalkan setangkai bunga di hatinya, setangkai yang kupetik dari taman hati Lisa.Â
Semoga Akita menjadi ibu yang baik, istri yang sempurna untuk suaminya kelak. Resiko telah kuambil, jawaban telah kudapat, aku tetap bersama Lisa.
Angkasa Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H