Mohon tunggu...
Yohanes Bara Wahyu Riyadi
Yohanes Bara Wahyu Riyadi Mohon Tunggu... Penulis -

Bekerja di Majalah BASIS dan Majalah UTUSAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Hanya Ingin Menjadi Ibu

26 Oktober 2017   23:22 Diperbarui: 26 Oktober 2017   23:25 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ibuku hanya di rumah, dia punya usaha katering gitu. Aku ingin jadi seperti Ibu, di rumah rawat anak sambil punya usaha kecil-kecilan untuk bantu suamiku besok," kisahnya.

--

Bekerja bersama Akita adalah sebuah resiko, Lisa sudah tahu apa yang sudah aku sampaikan malam ini pada Akita, tentu saja ia cemas. Jika saja aku cerita pada Lisa kalau kami kamping berdua, ia pasti lebih kecewa lagi. Tapi aku musti mencari jawaban, Lisa yang sudah sedemikian kuat dan hebatnya menemaniku, atau Akita yang seperti kekasihku dulu. 

Resikonya adalah Akita merasa apa yang kurasa dan membalas rasa yang sama, membuat wanita jatuh cinta itu sulit tapi tak sesulit meminta kembali rasa cinta itu. Akita atau Lisa pasti akan terluka jika aku mengambil sesuatu yang sudah kuberikan pada mereka. Tapi resiko harus diambil. Saat ini aku tidak sedang berselingkuh, tetapi mencari kepastian untuk teguh dengan Lisa.

Dapat,

Impianku tinggi, imajinasiku liar, aku punya banyak cita-cita yang satu per satu ku wujudkan. Aku butuh seseorang yang kuat untuk menemaniku mengapai cita-cita itu. 

Akita memang hampir 100% sama dengan almarhum, mungkin aku akan bahagian jika melanjutkan hidup dengannya, tapi tentu itu cinta nostalgia. Aku butuh perjalanan hidup yang luar biasa, tak sekedar bekerja dan bergaji, tetapi bisa berkolaborasi dengan pasanganku. 

Akita hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, menjadi kepastian untukku. Pasti bukan dia.

Kini aku pasti dan yakin memilih bersama Lisa, biar bagaimanapun cantik akan menjadi kerutan, tetapi daya juang akan menghidupkan perjuangan hidup. Aku tak mau ambil resiko dengan hidup sekedarnya. 

Kami tetap berkisah ngalor ngiduldengan kegembiraan sampai jam satu tengah malam. Berkali-kali Akita menguap. "Tidur?" tanyaku dijawab dengan anggukan sambil mengusap matanya. "Selamat istirahat ya, jangan takut, aku nggak akan keman-mana, aku di hammock samping tenda," sekali lagi hanya menjawab dengan anggukan, entah karena percaya atau sudah lelah. 

Akita masuk ke tenda dan aku berbaring di hammock. Sambil memandang bintang ditemani riuh rendah banyak kelompok yang bercengkrama, aku melamunkan apa yang beberapa jam terakhir ini ku lalui. Mengaku atau tidak, hampir saja aku berpindah hati ke Akita. tetapi untung saja aku menemukan jawabannya. Tanpa sadar sampai mana lamunanku, terasa ada yang mencolek pundakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun