Mohon tunggu...
Yohanes Bara Wahyu Riyadi
Yohanes Bara Wahyu Riyadi Mohon Tunggu... Penulis -

Bekerja di Majalah BASIS dan Majalah UTUSAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Hanya Ingin Menjadi Ibu

26 Oktober 2017   23:22 Diperbarui: 26 Oktober 2017   23:25 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah dia menutup pintu, seperti masih meninggalkan sesuatu, kemiripannya mereka berdua mengusik hatiku.

Aku bersama lima orang lain sudah bersiap menuju coffe shopyang tak jauh dari kantor, karena hari ini sedang ada kunjungan dari Jepang dan semua meeting room dipakai. "Duh, maaf Mas Angkasa, saya telat, hujan bikin jalan macet. Lho, kok diluar semua?" kata Akita, orang terakhir yang kami tunggu. Hari ini ia memakai jeans dan kemeja hitam, yang sebagian basah.

"Kalian tunggu disini ya. Kita, ikut saya sebentar," kataku pada tim dan Akita. Dengan wajah setengah tegang, Akita pun mengekor. Kerana rumahku berjarak 1 jam dari kantor dan aku sering sampai larut malam bahkan tidur di kantor, jadi aku punya stok beberapa potong pakaian. "Bajumu basah, kamu pakai punya saya dulu Ta," sambil mengulurkan lipatan kaus lengan panjang warna biru dongker. Karena kaus itu agak tipis dan sedikit menerawang, aku mengambilkan jaket untuknya. "Diluar lagi hujan, kamu pakai ini juga, supaya bra mu juga tidak terlihat orang."

Kami berangkat dengan dua mobil, sebagian dengan mobil kantor bersama Akita, lainnya dengan mobilku. Hanya butuh 10 menit perjalanan, karena jika tak hujan kami biasanya hanya berjalan kaki. Dalam meeting,Akita ternyata mempresentasikan semua data dengan detil. Hasil analisisnya menjadi pedoman penting bagi tim kami, aku pun mulai optimis bekerja sama dengannya. Meetingberjalan lancar hingga hampir pada akhir jam kerja, semua tim berpamitan untuk kembali ke kantor untuk pulang, kecuali aku yang masih merangkum laporan meeting ini untuk atasanku. 

Setelah semua dengan mobil kantor, aku masih melihat Akita tengak-tengok di lobby coffe shop seperti menantikan sesuatu, hujan pun nampak belum reda. "Akita, kok kamu gak bareng mereka? tanyaku. Ternyata kosnya berlawanan arah dengan kantor, aku pun kembali mengajaknya masuk dan menjanjikan mengantar pulang setelah selesai merangkum laporan. "Nggak ah Mas, aku sudah pesan ojek. Nah itu ojeknya," sambil tersenyum dan melambaikan tangan pada ojek online yang mendekat. "Mas, berapa ongkosnya?" tanyaku sambil memberikan uang sejumlah ongkos yang disebutkan. "Maaf ya Mas, gak jadi," kataku pada ojek itu sambil mengajak Akita kembali masuk.

"Kamu itu kemana-mana ngojek?" tanyaku.
"Iya Mas."

"Kos kamu dimana?"

"Di Gejayan Mas."

"Oke, tenang aja, nanti aku yang antar."

"Cowok itu gitu ya, arogan, suka maksa."

Aku pun terkejut, bukannya ia mengucap terima kasih malah mengataiku arogan. "Maksud kamu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun